PROPOSAL PTK
UPAYA MENINGKATKAN
TEKNIK DASAR BACKHAND PADA
PEMBELAJARAN TENIS MEJA MELALUI MEDIA DINDING PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5
MANDAI KAB. MAROS SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Disusun Oleh :
Kelompok 1:
IKRAM ABI RAFDI 1631041025
MUH. ALHAADY UKKAS 1631041032
ASRUL SANI 1631041043
NURAFNI INDAH DWI
LESTARI 1631041060
SITTI MAULIDYA 1631041071
PENJASKESREK D
FAKULTAS
ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2018
HALAMAN
PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
1.
Judul Penelitian : Upaya
Meningkatkan Teknik Dasar Backhand
Pada Pembelajaran Tenis Meja Melalui Media Dinding Pada Siswa Kelas VII SMP
Negeri 5 Mandai Kab. Maros Tahun Pelajaran 2018/2019.
2.
Peneliti :
Ketua
a.
Nama Lengkap : Ikram Abi Rafdi
b.
Jenis Kelamin : Laki - laki
c.
NIM :
1631041025
: Anggota
a.
Nama Legkap : Muh. Alhaady Ukkas
b.
Jenis Kelamin : Laki - laki
c.
NIM :
16310141032
a.
Nama Lengkap : Asrul Sani
b.
Jenis Kelamin : Laki - laki
c.
NIM :
1631041043
a.
Nama Lengkap : Nurafni Indah Dwi Lestari
b.
Jenis Kelamin : Perempuan
c.
NIM :
1631041060
a.
Nama Lengkap : Siti Maulidya
b.
Jenis Kelamin : Perempuan
c.
NIM :
1631041071
Pembimbing
Dr. Benny Badarru, M. Pd
NIP.
19851011 201012 1 006
KATA PENGANTAR
Syukur
Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
taufiknya kepada penulis sehingga proposal ini diselesaikan sesuai dengan waktu
yang direncanakan. Proposal ini berjudul “Upaya Meningkatkan Teknik Dasar Backhand
Pada Pembelajaran Tenis Meja Melalui Media Dinding Pada Siswa Kelas VII SMP
Negeri 5 Mandai Kab. Maros Tahun Pelajaran 2018/2019”.
Dalam Penyusunan proposal ini,
penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran
dan dorongan. Oleh karena itu pada
kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terima
kasih.
Harapan penulis, semoga segala
bantuan, petunjuk, dorongan, dan pengorbanan yang telah diberikan oleh berbagai
pihak yang memungkinkan selesainya proposal ini , bernilai ibadah dan
memperoleh imbalan yang berlipat ganda di sisi Allah. Aamiin.
Maros,
30 September 2018
Penulis
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGANGKA BERFIKIR&HIPOTESIS
A. TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian Belajar
b. Hasil Belajar
c. Sejarah
Perkembangan Tenis Meja
d. Sejarah Tenis Meja di Indonesia
e. Peralatan dan
Perlengkapan Permainan Tenis Meja
f. Teknik Dasar Permainan Tenis Meja
g. Penelitian Tindakan Kelas
B. KERANGKA BERFIKIR
C. HIPOTESIS
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
B. Jenis Penelitian
C. Populasi dan Sampel
D. Desain
Penelitian
E. Analisis Siklus 1
F. Instrumen Penelitian
G. Teknik Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan program pengajaran yang sangat
penting dalam pembentukan kebugaran para siswa. Pembelajaran olahraga dan
kesehatan ini diharapkan dapat mengarahkan siwa untuk dapat beraktivitas
olahraga agar tercipta generasi muda yang sehat dan kuat.
|
Pendidikan jasmani secara keseluruhan telah disadari oleh banyak kalangan sebagai pendidikan untuk mengembangkan gerak dasar siswa, tetapi dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani belum dapat berjalan secara maksimal.Konsep dasar pendidikan jasmani dan model pembelajaran jasmani yang efektif perlu dikuasai oleh para guru yang hendak memberikan pembelajaran pendidikan jasmani. Guru harus dapat mengajarkan berbagai gerak dasar, teknik permainan olahraga, internalisasi nilai (sportifitas, kerjasama dll) menjadi pembiasaan pola hidup sehat. Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang lebih menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil, meningkatkan dan memelihara kesegaran jasmani serta pemahaman terhadap gerak manusia.
Salah satu permainan olah raga yang
merupakan perwujudan dari aktivitas jasmani adalah permainan Tenis Meja. Di
dalam permainan Tenis Meja ada beberapa teknik yang perlu dipelajari yaitu cara
memegang bet, memukul, dan cara berdiri. Pada pertemuan kali ini akan diajarkan
cara bermain tenis meja di SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros. Tidak dapat
dipungkiri bahwa dalam proses belajar-mengajar yang bersifat klasikal akan
menghadapi permasalahan yang heterogenterhadap
kemampuan siswa. Dimana kurangnya kreatifitas seorang guru pendidikan
jasmani di dalam mengemas materi pembelajaran pendidikan jasmani dianggap
sebagai penyebabnya, sehinggga banyak siswa yang tidak tuntas nilai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) dengan nilai 70. Untuk itu dituntut seorang guru
pendidikan jasmani yang mampu menguasai berbagai model atau pendekatan pembelajaran
praktik, sehinggga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan berkualitas.
Hasil dari pengamatan proses pembelajaran
tenis meja siswa kelas VII SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros berjalan dengan baik,
masih banyak siswa yang belum bisa melakukan teknik dasar permainan tenis meja,
dalam proses pembelajaran bermain tenis meja pada siswa kelas VII banyak siswa
yang belum aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, masih banyak kesalahan –
kesalahan yang dilakukan siswa dalam melakukan gerakan teknik permainan tenis
meja. Dari 70 siswa hanya ada 10 siswa yang mampu bermain tenis meja.
Dalam proses pembelajaran permainan tenis
meja pada siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros, yang dilakukan
peneliti sebagai penulis selama 3 bulan banyak siswa yang belum bisa bermain
tenis meja. Pembelajaran tenis meja yang dilakukan sebelumnya yaitu
pembelajaran tanpa modifikasi alat pembelajaran, yaitu dengan mengggunakan alat
yang sebenarnya.
Dalam uraian permasalahan di atas kami
peneliti SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros sebagai penulis berencana mengupayakan
peningkatan proses belajar mengajar bermain tenis meja di SMP Negeri 5 Mandai
Kab. Maros dengan pendekatan pembelajaran melalui modifikasi alat atau sarana
prasarana pembelajaran yang kenyataannya belum dicoba oleh guru pendidikan
jasmani pada umumnya, yaitu dengan pengggunaan modifikasi meja yang diganti
denagn dinding yang bertujuan agar mempermudah dan meningkatkan kemampuan
siswa dalam bermain tenis meja akan
menjadi lebih aktif, termotivasi dan menambah kemampuan bermai tenis meja.
Sehinggga dengan demikian maka setiap pembelajaran materi tenis meja yang
dilakukan di SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros akan lebih maksimal diserap dan
dikuasai oleh peserta didik.
Berdasarkan uraian diatas, maka kami peneliti di SMP Negeri 5 Mandai Kab.
Maros sebagai penulis bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas pada siswa
Kelas VII SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Tenis Meja Melalui Media Dinding Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 5
Mandai Kab. Maros Tahun Pelajaran 2018/2019”, agar siswa di SMP Negeri 5 Mandai
Kab. Maros khususnya Kelas VII yang belum bisa bermain tenis meja diharapkan
supaya dapat bermain tenis meja dengan baik.
B. Rumusan Masalah
Dengan menggunakan latar belakang yang
telah diuraikan diatas. Maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah
penerapan media Dinding dapat meningkatkan hasil pembelajaran Tenis Meja pada
sisw Kelas VII di SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros tahun pelajaran 2018/2019?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah
dirumuskan di atas, peneliti mempunyai tujuan untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar bermain tenismeja pada siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Mandai Kab.
Maros tahun pelajaran 2018/2019 melalui penerapan dengan memodifikasi lawan main diganti dengan dinding.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi
Siswa
Mempermudah siswa untuk memahami atau menyerap segala
informasi yang disampaikan oleh guru atau pengajar dalam pembelajaran , serta
sebagai sarana rekreasi bagi siswa.Sehinggga siswa lebih termotivasi dalam
kegiatan KBM yang dilakukan dan siswa mampu meningkatkan kemampuannya dalam
menguasai keterampilan dasar bermain tenis meja yang disampaikan oleh Guru
Penjasorkes di SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros.
2. Bagi
Guru
Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru
penjasorkes di Sekolah Menengah Atas bahwa model pembelajaran bermain tenis
meja melalui media dinding dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa
dalam menguasai teknik – teknik bermain tenis meja, sehingga siswa akan lebih
mudah menangkap dan menerima materi belajar bermain tenis meja dan dapatt
mendukung pencapaian hasil belajar yang maksimal.
3. Bagi
Lembaga (Instansi)
Sebagai bahan masukan, saran, dan informasi terhadap
sekolah, instansi, lembaga pendidikan untuk mengembangkan strategi belajar
mengajar yang tepat dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan kuantitas
hasil belajar siswa.
4. Bagi
Peneliti
1) Mendapatkan
Pengetahuan baru tentang bagaimana cara meningkatkan keterampilan bermain tenis
meja pada mata pelajaran penjasorkes melalui model pembelajaran yang
dimodifikasi
2) Hasil
penelitian ini dapat dipergunakan untuk referensi penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan hal yang sama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA,
KERANGANGKA BERFIKIR & HIPOTESIS
A.
TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian Belajar
Menurut
Winkel, belajar adalah semua aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
Moh. Surya (1981), belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua
pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri
seseorang.
Menurut Howard L. Kingsley, belajar
adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah
melalui praktek dan latihan.
Menurut Skinner (1985), belajar adalah “Learning is a process of progressive
behavior adaption”, Yaitu bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi
perilaku yang bersifat progresif atau Belajar merupakan hubungan antara
stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku yang bersifat
progresif.
Menurut Spears, belajar adalah mengamati,
membaca, imited, untuk mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti arahan.
Proses
belajar ini terjadi secaara internal dan bersifat pribadi dalam diri peserta
didik, agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam kurikulum
maka pengajar atau guru harus merencanakan dengan seksama dan sistematis
berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkah laku peserta
didik sesuai dengan apa yang diharapkan
Bila
terjadi proses belajar, bersama itu pula
terjadi proses mengajar. Hal ini kiranya mudah dipahami karena jika ada yang
belajar sudah tentu ada yang mengajar dan begitu juga sebaliknya. Dalam proses belajar
mengajar, guru sebagai pengajar dan
siswa sebagai subjek belajar, dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam
hal pengetahuan, kemampuan, sikap dan tata nilai, serta sifat – sifat pribadi,
agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efesien.
b.
Hasil
Belajar
Hasil
belajar merupakan perubahan perilaku yang dilakukan pembelajar setelah
mengalami aktivitas belajar (Anni 2006: 5). Sementara
menurut Arikunto (1993.133) hasil belajar adalah hasil setelah mengalami proses
belajar, dimana tingkah laku itu tampak dalam bentuk perbuatan yang dapat
diamati dan diukur. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan yang
mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor (Munadi, 2010:2). Perubahan
sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk yaitu
perubahan pengetahuan, keterampilan dan kecakapan individu yang belajar. Bloom
(1956) sebagaimana yang dikutip dalam Munadi (2010) mengklasifikasi hasil
belajar dalam tiga domain, yaitu
1.
Cognitive Domain(Ranah Kognitif), yang berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan,
pengertian, dan keterampilan berfikir.
2.
Affective Domain(Ranah Afektif) berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat,
sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3.
Psychomotor Domain(Ranah Psikomotor) berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan
tangan, mengetik, tenis meja, dan mengoperasikan mesin.
Hasil
belajar dalam penelitian ini adalah perubahan yang mencakup aspek kognitif, afektif
dan psikomotor yang dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam melakukan permainan
tenis meja serta perilaku siswa selama proses pembelajaran.
c.
Sejarah
Perkembangan Tenis Meja
Sejarah asal
usul permainan tenis meja ini hampir sama dengan kebanyakan permainan olahraga
lainnya yang memakai raket, yakni pada awalnya hanya dikenal sebagai permainan
dan hiburan ringan di masyarakat. Tetapi mengenai asal musa permainan tenis
meja, sejak kapan dan oleh siapa yang pertama kali menciptakannya, dapat
diketahui dari beberapa sumber bacaan berikut ini.
1. Pada zaman
manusia purba, di Iran telah memainkan sebuah permainan yang menggunakan
sebatang kayu sebagai pemukul bola tang terbuat dari usus binatang yang telah
diisi angin.
2. Pada abad
ke-12 Bangsa Perancis telah menyukai permainan tenis meja, dimana bolanya
dibuat dari kertas diktat yang dipukul dengan tangan.
3. Sejak zaman
purba Bangsa Indian telah memainkan permainan yang menyerupai tenis meja. Bola
yang dipakai serupa dengan bola bersayap bulu, pemukul yang digunakan adalah
kayu yang dibungkus dengan kulit binatang menjangan.
4. Berbagai
sumber menyebutkan bahwa olahraga permainan tenis meja asalnya dari Inggris.
Permainan ini muncul dari permainan kuno pada abad pertengahan yang
disebut seperti “gossima” dan “whiff-whiff“. Kemudian permainan ini berkembang lagi,
di antaranya oleh angkatan bersenjata Inggris yang berada di India.
Ada juga, para opsir di daerah koloninya di Afrika
Selatan yang biasa memainkan permainan tenis meja sebagai hiburan saat waktu
senggang mereka. Meja yang dipakai adalah meja tanpa memiliki ukuran tertentu
dengan sebuah net atau jaring pada bagian tengah-tengahnya, yang dipasang
sejajar dengan ujung meja yang dipakai.
Jaring yang dipakai terbuat dari tali sepatu boat atau atau seperti perban pembungkus yang
diikat ujungnya pada dua buah kursi yang ditempatkan di kedua sisi bagian
tengah meja tersebut. Sementara itu alat pemukul yang digunakan adalah sebilah
kayu yang telah dipotong menurut bentuk sehingga menyerupai raket yang
digunakan seperti saat ini.
Pada saat itu pemukulnya diberi nama Vellum racket, yaitu alat pemukul pada permainan tenis
meja yang mirip alat pemukul pada permainan tenis. Serta bola yang dipakai
adalah bola yang dipakai pada permainan tenis, yakni pukul memukul secara
langsung.
Di akhir tahun 1880, bola karet yang dilapisi dengan
kulit yang dirajut diganti bola celluloid. Pada tahun 1990, permainan
tenis meja disempurnakan oleh beberapa negara Eropa bagian barat. Pada tahun
1903, dibuat suatu ketetapan atau peringatan kepada para pemain tenis
meja atas penggunaan busana malam bagi pria dan wanita dalam latihannya.
Selain itu, juga diberikan penjelasan dan petunjuk
mengenai teknis terperinci mengenai karet bintik, pegang penhold, dan taktik permainan. kemudian olahraga
permainan ini semakin populer pada tahun 1905, E. C. Goode dari London
mengenalkan raket kepada khalayak dengan permukaan berupa karet.
Atas prakarsa Dr. George Lehmen dari Jerman pada
tanggal 15 januari 1926, terbentu sebuah organisasi Internasional Table Tenis Federation yang
kemudian disingkat ITTF, Hown Ivor Montagu dari Inggris yang menjadi presiden
pertamanya.
Pada 12 Desember 1926, disepakati anggaran dasar dan
peraturan permainan, sedangkan kejuaraan yang tadinya antar negara Eropa
dijadikan atau dianggap sebagai kejuaraan tenis meja pertama tingkat dunia.
Kemudian di tahun 1939, sebanyak 28 asosiasi dari
negara-negara terdaftar sebagai anggota ITTF. Sejak kejuaraan tenis meja dunia
pada tahun 1926, selanjutnya untuk setiap tahunnya diadakan sekali hingga yang
ke – 13 pada tahun (1938), kemudian hingga tahun 1945 kejuaraan tidak dapat
diselenggarakan karena terganggu perang dunia.
Pada tahun 1946, kejuaraan dunia yang ke- 14 kembali
diadakan, kali ini berlokasi di Paris (Perancis). Selanjutnya diadakan berkala
setiap dua tahun sekali.
Pada tahun 1946, pertama kali diadakan pertemuan umum
(general meeting) selama berlangsungnya kejuaraan dunia ke – 14 di Paris. Pada
tahun 1967, presiden ITTF, Hon Ivor Montagu mengundurkan diri dari presiden
ITTF dan digantikan oleh H. Roy Evans dari Wales. Tahun 1976 bulan Maret, ITTF
mengangkat sekjen profesional yang tidak dipilih oleh general
meeting yang berkantor di St. Leonards On Sea di Inggris.
Pada bulan November 1977, Komite Olimpiade
Internasional IOC mengakui cabang olahraga tenis meja sebagai cabang olahraga
Olimpiade dengan ITTF sebagai satu-satunya induk organisasi internasional yang
mengaturnya.
Secara resmi cabang olahraga tenis meja mulai
dipertandingkan pada olimipic game ke – 24 tahun 1988 Seoul. Akibat pengakuan
tersebut, ITTF diharuskan untuk menambahkan dalam peraturannya yang menyangkut
status amatir dan profesional , yaitu pasal 26 dari Olimpic Charter, yang mana
pada peraturan sebelumnya tidak ada.
Kepengurusan H. Roys Evans berakhir pada tahun 1987.
Sedangkan yang terpilih menjadi ketua baru adalah Ichiro Ogimura dari Jepang.
Ichiro Igimura mendapat dukungan penuh dari para anggota ITTF Asia, Afrika dan
Amerika Latin sehingga memenangkan pemilihan dengan angka yang meyakinkan,
yakni mendapat 65 suara dari 104 pemilik hak suara.
Perubahan dalam sistem pertandingan mengalami
perubahan pada tahun 1991 dalam sistem pertandingan beregu putra, yang pada
awalnya mempertandingkan 9 partai menjadi 5 partai. Rencana perubahannya
sendiri dilakukan pada tahun 1989 di kongres ITTF, setelah final kejuaraan
dunia pada waktu itu antara China dan Swedia yang berlangsung hampir enam jam.
d.
Sejarah Tenis Meja di Indonesia
Awal
mula permainan tenis meja di Indonesia mulai dikenal pada tahun 1930.
Pada masa itu hanya dilakukan di balai-balai pertemuan orang-orang Belanda
sebagi suatu permainan rekreasi yang dikenal dengan sebutan nama
Societeit. Hanya golongan tertentu saja dari golongan pribumi yang boleh ikut
latihan, antara lain keluarga pamong yang menjadi anggota dari balai pertemuan
tersebut
Sebelum
perang dunia ke II terjadi, pada tahun 1939, tokoh-tokoh pertenismejaan
mendirikan PPPSI (Persatuan Ping Pong Seluruh Indonesia). Pada tahun 1958 dalam
kongresnya di Surakarta PPPSI mengalami perubahan nama menjadi PTMSI (Persatuan
Tenis Meja Seluruh Indonesia). Tahun 1960 PTMSI telah menjadi anggota federasi
tenis meja Asia, yaitu TTFA (Table Tennis Federation of Asia).
PTMSI telah
resmi menjadi anggota International Table Tennis Federation di tahun 1961 dan
tercatat sebagai negara anggota ke-73. Salah satu partisipasi pertama bagi
PTMSI pada kejuaraan perlombaan ialah di Praha tahun 1963 dengan hasil
peringkat ke-34 bagi putra dan putri ke-31.
Perkembangan
tenis meja di Indonesia sejak berdirinya PPPSI hingga sekarang bisa dikatakan
cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya perkumpulan-perkumpulan tenis
meja yang berdiri yang sering disebut Persatuan Tenis Meja(PTM), dan juga
banyaknya pertandingan tenis meja yang dilakukan di tingkat pelajar dan
mahasiswa, misalnya : PORDA, PON, POMDA, PORSENI, POPDA, POPNAS, PORMAS, dll.
Serta pertandingan-pertandingan yang diselenggarakan oleh
perkumpulan-perkumpulan tenis meja, instansi pemerintah atau swasta atau karang
taruna dan lain-lain.
Indonesia
selalu diundang untuk mengikuti kejuaraan-kejuaraan dunia resmi, setelah
Indonesia terdaftar sebagai anggota ITTF pada tahun 1961. Selain
kegiatan-kegiatan pertandingan tersebut, hal lain yang patut dicatat dalam
perkembangan pertenismejaan nasional adalah berdirinya Silatama (Sirkuit Laga
Tenis Meja Utama) yang dimulai pada awal tahun 1983, yang diselenggarakan
setiap 3 bulan sekali serta Silataruna yang kegiatannya mulai diselenggarakan
sejak 1986 setiap 6 bulan sekali.
e.
Peralatan dan Perlengkapan Permainan Tenis Meja
1.
Meja Tenis
Peralatan tenis meja ini harus ada, beberapa kriteria yang
harus dipenuhi diantaranya adalah terbuat dari bahan yang keras guna
memantulkan bola ping pong-nya. Standar ukuran meja tenis diantaranya P: 2,74
meter, Lebar 1,52 meter, dan tinggi 76 cm.
Gambar
2.1 Meja Tenis
https://www.mitrakesehatan.com/perlengkapan-tenis-meja.html
|
2.
Bet
Bet merupakan perlengkapan tenis meja yang harus ada berfungsi sebagai
pemukul, rata – rata bet terbuat dari kayu namun ada beberapa yang menggunakan
gabungan karet dan kayu demi kepentingan skill mereka dalam menahan dan
menyerang bola.
Gambar 2.2 Bet
https://www.mitrakesehatan.com/perlengkapan-tenis-meja.html
|
3.
Net
Alat tenis meja yang membagi menjadi dua bagian daerah berlawanan yang sama yaitu
net. Untuk memilih net yang baik, anda harus mengetahui standar tenis
internasional yaitu 183 cm, lebar / tinggi, 15,25 cm.
Gambar 2.3 Net
https://www.mitrakesehatan.com/perlengkapan-tenis-meja.html
|
4.
Bola
Bola ping pong merupakan alat
yang digunakan permainan dalam tenis meja, menang kalalh ditentukan oleh laju
bola ini. Bola ping pong yang baik menurut ITFF berukuran 2.74 m berbentuk
bulat, bewarna orange dan terbuat dari bahan cluloid.
Gambar
2.4 Bola Tenis Meja
https://www.mitrakesehatan.com/perlengkapan-tenis-meja.html
|
f.
Teknik Dasar
Permainan Tenis Meja
1.
Teknik Grip
Teknik grip atau cara memegang raket tenis meja adalah
teknik dasar yang utama untuk diperhatikan. Di awal, sangatlah penting untuk
mengetahui sekaligus melatih cara memegang bet tenis meja. Hal ini pun turut
memengaruhi performa kita ketika berada dalam permainan, maka dari itu berikut
ini adalah 3 jenis teknik gripnya:
a)
Penholder Grip
Gambar 2.5
Penhold Grip
https://olahragapedia.com/teknik-dasar-tenis-meja
|
Pada
cara memegang bet dengan metode penholder grip, fokus utama adalah dengan
memegangnya persis seperti ketika Anda mem egang pulpen. Teknik grip ini
diketahui cukup jarang dipakai oleh para pemain tenis meja di Asia. Ini karena
penggunaan teknik shakehand grip jauh lebih populer dan banyak digunakan.
Teknik
ini pun penggunaannya hanya bisa dilakukan pada satu sisi bet ketika bermain.
Pukulan yang paling sesuai ketika memegang dengan cara ini adalah pukulan
forehand dan akan cukup sulit jika hendak memakai pukulan backhand. Pergerakan
kaki pemain harus tepat dan lincah ketika menggunakan teknik grip satu ini.
Cara
Melakukan:
·
Pastikan untuk memegang bet yang mengarah
ke bawah dengan grip atau pegangan yang menghadap ke atas.
·
Bet harus dipegang tepat di mana pegangan
menyatu dengan bidang bet memakai jari telunjuk dan ibu jari. Ya, teknik ini
sangat persis dengan cara kita saat sedang memegang sebuah pena.
·
Pada sisi bet lainnya, kita sah-sah saja
untuk menekukkan ketiga jari kita lainnya, atau juga bisa meluruskannya ke
bawah bet tapi rapatkan dulu jari-jari kita.
b) Shakehand
Grip
Gambar 2.6
Shakehand Grip
https://olahragapedia.com/teknik-dasar-tenis-meja
|
Seperti
namanya, pasti banyak dari kita pun mampu menebak seperti apa teknik memegang
bet tenis meja satu ini. Ya, persis ketika kita sedang berjabat tangan dengan
orang lain dan cara inilah yang paling populer dan sangat mendunia.
Alasan
mengapa teknik grip ini bisa begitu favorit dan mendunia adalah karena memang
ada peluang besar yang diberikan oleh cara grip ini kepada para pemain tenis
meja supaya bisa bermain lebih baik, khususnya pada waktu pukulan backhand.
Kalau sebelumnya dengan penholder grip kita akan kesulitan melakukan pukulan
backhand, dengan cara grip ini justru lebih gampang.
Shakehand
grip juga diketahui menjadi cara memegang bet yang paling multiguna sehingga
banyak pemain tenis meja yang menyukai cara pegangan ini. Bahkan banyak pelatih
tenis meja pun menyarankan pemainnya untuk menggunakan teknik grip satu ini,
baik di luar maupun dalam negeri.
Cara
Melakukan:
·
Pastikan posisi bet tegak lurus sejajar
dengan lantai.
·
Mulailah memegang bet tenis meja seakan
sedang bersalaman atau berjabat tangan dengan orang lain.
·
Jari telunjuk bisa diluruskan pada bagian
bawah bidang bet tenis meja, sementara ibu jari diposisikan pada permukaan bet
lainnya di atas bidang yang telunjuk kita pegang.
·
Tekuklah ibu jari dan rilekskan sedikit
supaya kuku pada ibu jari kita tegak lurus dengan permukaan bet yang kita pakai
untuk melakukan pukulan. Intinya, jangan sampai ibu jari bagian dalam kita
menyentuh bagian permukaan bet tenis meja.
·
Bidang bet pun pastikan menyandar di
leukan antar ibu jari serta telunjuk yang kira-kira ¼ inci dari sisi jari
telunjuk.
·
Letakkan jari telunjuk untuk dekat dengan
bagian bet dan posisikan melintang ke arah atas bet.
·
Agak merapatkan ibu jari pada bet sangat
boleh.
c)
Seemiller Grip
Gambar 2.7
Seemiller Grip
https://olahragapedia.com/teknik-dasar-tenis-meja
|
Penggunaan
teknik grip seemiller ini sangatlah mirip dengan handshake grip, namun yang
membedakan adalah bahwa teknik grip ini bagian jari telunjuk pemain memegang
seluruh bagian bet. Sementara untuk bet yang atas, pemain perlu memutarnya
20-90 derajat untuk mengarah ke tubuh. Karena merupakan hasil pengembangan dan
variasi dari shakehand grip, maka tak heran kalau cara memegangnya pun sama.
Cara
Melakukan:
·
Cukup memulai pegangan dengan melakukan
langkah-langkah pada handshake grip.
·
Bagian atas bet putar 90 derajat ke arah
tubuh kita. Pukulan backhand bakal semakin kuat ketika kita semakin memutar
bet, namun risikonya pukulan forehand pun bakal melemah.
·
Jari telunjuk lekukkan sepanjang bagian
sisi bet tenis meja.
Teknik stance adalah teknik penempatan posisi
badan, kaki dan tangan saat kondisi bertahan atau akan menyerang lawan. Gerakan
ini sangat penting, karena berpengaruh pada kesiapan kita saat menerima
serangan dan hasil pukulan saat melakukan serangan. Teknik Stance terbagi
menjadi dua macam yaitu Square Stance dan Side Stance.
a.
Teknik Side Stance
Cara melakukan
teknik side stance ini badan harus berada pada posisi menyamping kiri atau
kanan. Posisi bahu lebih berada di dekat net saat melakukan serangan, untuk
Anda yang menggunakan tangan kanan maka posisi bahu kanan Anda harus dekat
dengan net saat Anda melakukan pukulan dengan teknik forehand.
b. Teknik
Square Stance
Teknik
square stance adalah teknik posisi tubuh kita berada menghadap ke meja. Posisi
ini merupakan posisi awal kita setelah menerima serangan dan juga menerima
servis dari lawan. Untuk melakukan posisi ini usahakan satu kaki saja yang
berpindah ke kanan, kiri, depan dan belakang. Hal tersebut memudahkan kita
untuk melakukan gerakan ini, apalagi kita mempunyai kelincahan yang bagus.
3.
Servis
a. Servis
Forehand
Cara melakukan
services ini silahkan ikuti arahan berikut ini
·
Posisi siap, kedua kaki dibuka selebar
bahu, lutut ditekuk, dan menghadap ke arah sasaran.
·
Tangan kiri memegang bola dengan telapak
tangan terbuka dan tangan kanan memegang bat yang siap untuk memukul dengan
permukaan bat mengarah ke depan.
·
Lambungkan bola sedikit ke atas di depan
badan.
·
Pada saat bola turun dari titik tertinggi
lambung, ayunkan bat ke depan lurus dengan permukaan bat mengarah ke depan.
·
Bola dipukul dengan cara memukul ke dalam
dengan bat.
Untuk lebih mudah
perhatikan gambar berikut ini
b. Servis
Backhand
Untuk melakukan
servis backhand ini silahkan bisa
mengikuti arahan berikut ini.
·
Berdiri menghadap arah lapangan, kaki
kanan agak ke depan, berat badan di kaki kanan dan badan agak condong ke depan.
·
Tangan kanan memegang bat menyilang di
samping badan, siku ditekuk, punggung lengan bagian luar mengarah ke depan.
·
Tangan kiri memegang bola di depan atas
dada.
·
Bola dipukul ke depan menggunakan punggung
bet dengan dorongan ke depan hingga bola memantul dan menyeberangi net.
·
Gerak lanjut (follow through) sangat diperlukan agar siap untuk melakukan pukulan
berikutnya.
Supaya lebih
mudahnya silahkan perhatikan gambar berikut ini
Gambar 2.8 Servis
Backhand
|
4.
Teknik Memukul
Pada dasarnya ada dua teknik
memukul dalam tenis meja yaitu forehand dan backhand Pukulan
forehand memiliki keunggulan pada kerasnya laju bola sedangkan pukulan backhand
akan mempermudah untuk manghadapai pukulan backspin dan topspin.
Kedua teknik memukul ini mendasari berbagai jenis pukulan.
a.
Pukulan Forehand
Pukulan forehand dilakukan jika bola berada disebelah
kanan tubuh (sabto adi dan mu’arifin, 1994:16).Cara melakukan pukulan ini
adalah dengan merendahkan posisi tubuh, Lalu gerakkan tangan yang memegang bet
kearah pinggang (bila tidak kidal gerakan kearah kanan), siku membentuk sudut
kira-kira 90 derajat.Sekarang tinggal menggerakkan tangan kedapan tanpa merubah
siku.
b.
Pukulan Backhand
Pukulan backhand dilakukan jika bola berada disebelah kiri
badan (Sapto Adi dan Mu’arifin,1994:17). Cara melakukannya pertama rendahkan
posisi tubuh lalu gerakkan tangan kearah pinggang
sebelah kiri jika tidak kidal, dengan sudut siku sembilan puluh
derajat.Gerakkan tangan dan bet kearah depan, jaga siku agar tetap sembilan puluh
derajat dan bet tetap lurus.
5.
Block
Block adalah cara paling sederhana untuk mengembalikan pukulan yang keras (Larry
Hodges,2002:72). Block dilakukan setelah bola memantul dari
meja. Hal ini dilakukan untuk membuat lawan tidak dapat melancarkan serangan
dengan cepat, karena bola yang di block akan kembali dengan
cepat Cara melakukan forehand blok yang pertma gerakkan bet ke depan, posisi
bet tertutup (sisi depan bet menghadap ke bawah).Perhatikan arah datangnya
bola, segera lakukan block setelah bola memantul dari meja,
perkenaan bola dengan bet tepat pada tengah bet.Sedangkan untuk backhand
block bet berada disebelah kiri tubuh.Gerakkan bet ke depan jika ingin
melakukan blocking, posisi bet tertutup (sisi depan bet menghadap
ke bawah).Perhatikan arah datangnya bola, segera lakukan block setelah
bola memantul dari meja, perkenan bola dengan bet tepat pada tengah bet.
6.
Smash
Teknik pukulan bola yang dilakukan secara keras dan tajam ke arah daerah lawan. Pukulan smash dilakukan untuk mengeksekusi bola lambung (lob) atau bola yang dikembalikan lawan relatif tinggi, baik di atas meja maupun di belakang meja. Pukulan smash harusnya cukup mematikan karena dilakukan dengan power (tenaga) keras sehingga menghasilkan poin kemenangan.
Teknik pukulan bola yang dilakukan secara keras dan tajam ke arah daerah lawan. Pukulan smash dilakukan untuk mengeksekusi bola lambung (lob) atau bola yang dikembalikan lawan relatif tinggi, baik di atas meja maupun di belakang meja. Pukulan smash harusnya cukup mematikan karena dilakukan dengan power (tenaga) keras sehingga menghasilkan poin kemenangan.
Cara
melakukan Smash
·
Kaki tetap di buka, kaki kiri agak di depan (jika akan
memukul dengan Forehand Smash)
·
Badan agak tegak, berat badan di tengah kedua kaki
·
Untuk memukul smash dengan Backhand, kaki kanan
relatif di depan, dan posisi bet di sebelah kiri sejajar dada. Ketinggian bet
ini hendaknya disesuaikan dengan ketinggian bola dari lawan/partner latihan.
g.
Penelitian
Tindakan Kelas
a. Pengertian Penelitian
Tindakan Kelas
Menurut Wijaya Kusuma (2009:9) penelitian
tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di dalam
kelas. Menurut O’Brien sebagaimana dikutip oleh Endang Mulyatiningsih (2011:60)
penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan ketika sekelompok
orang (siswa) diidentifikasi permasalahannya, kemudian peneliti (guru)
menetapkan suatu tindakan untuk mengatasinya. Cohen dan Manion sebagaimana
dikutip oleh Padmono (2010) menyatakan penelitian tindakan adalah intervensi
kecil terhadap terhadap tindakan di dunia nyata dan pemeriksaan cermat terhadap
pengaruh intervensi tersebut. Pandangan ini menunjukkan bahwa penelitian
tindakan dapat dilakukan secara kolaboratif dengan pakar. Pakar memberikan
alternatif pemecahan dan alternatif tersebut perlu diuji sejauh mana
efektifitasnya. Dengan demikian peneleitian tindakan menurut Cohen dan Manion
bukan mutlak harus dilakukan oleh pekerja sendiri (guru sendiri) akan tetapi
guru dapat meminta atau bekerja sama dengan pihak lain. Selanjutnya Kemmis dan
Taggart sebagaimana dikutip oleh Padmono (2010) menyatakan penelitian tindakan
adalah suatu penelitian refleksif diri kolektif yang dilakukan oleh
peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan
praktek pendidikan dan praktek sosial mereka, serta pemahaman mereka terhadap
praktek-praktek itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktek-praktek
tersebut. Kemmis dan Taggart memandang, bahwa penelitian ini dilakukan secara
kolektif untuk memperbaiki praktek yang mereka lakukan dimana perbaikan
dilakukan berdasar refleksi diri. Dalam bukunya Becoming Critical : Education,
Knowledge, an Action Research 1986. Kemmis dan Carr lebih
jelas menyatakan penelitian tindakan adalah bentuk penelitian refleksi diri
yang dilakukan oleh partisipan (guru, siswa, atau kepala sekolah, misalnya)
dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki
rasionalitas dan kebenaran (a) praktek-praktek sosial atau pendidikan yang
dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktek-praktek ini, dan (c)
situasi-situasi (dan lembaga-lembaga) dimana praktek-praktek tersebut
dilaksanakan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka
dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian
yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara
professional.
Menurut
Endang Mulyatiningsih (2011:60-63) karakteristik penelitian tindakan kelas
antara lain:
1)
Tema penelitian bersifat situasional
2) Tindakan
diambil berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi diri
3) Dilakukan
dalam beberapa putaran
4) Penelitian
dilakukan untuk memperbaiki kinerja
5) Dilaksanakan
secara kolaboratif atau parisipatorif
6) Sampel
terbatas
b. Model Penelitian
Tindakan Kelas
Menurut Endang Mulyatiningsih (2011:68-72)
model PTK ada empat, yaitu : Model Lewin, Model riel, Model Kemmis dan Taggart, Model DDAER.
Sedangkan menurut Wijaya Kusuma (2011:19-24) adalah: Model Kurt Lewin, Kemmis dan
Taggart, John Elliott, McKernan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa model PTK adalah sebagai berikut :
1) Model
Kurt Lewin
Menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya
berbagai model Penelitian Tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian
karena dialah yang pertama kali memperkenalkan action research atau penelitian tindakan. Konsep model ini
terdiri dari empat komponen (siklus), yaitu ; perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. (Wijaya Kusuma, 2011:20)
2) Model
Riel
Model ke dua dikembangkan oleh Riel (2007)
yang membagi proses penelitian tindakan menjadi tahap-tahap: studi dan
perencanaan, pengambilan tindakan, pengumpulan dan analisis kejadian, refleksi.
Riel mengemukakan bahwa untuk mengatasi masalah diperlukan studi dan
perencanaan. Masalah ditentukan berdasarkan pengalaman empiris yang ditemukan
sehari-hari. Setelah masalah teridentifikasi kemudian direncanakan tindakan
yang sesuai untuk mengatasi permasalahan dan mampu dilakukan oleh peneliti.
Perangkat pendukung tindakan (media, RPP) disiapkan pada tahap perencanaan.
Tahap berikutnya pelaksanaan tindakan, kemudian mengumpulkan data/informasi dan
menganalisis.
Hasil evaluasi kemudian dianalisis, dievaluasi dan ditanggapi. Kegiatan
dilakukan sampai masalah bisa diatasi
(Endang Mulyatiningsih, 2011:70).
3) Model
Kemmis dan Taggart
Kemiss dan Taggart (1988) membagi prosedur
penelitian dalam empat tahap kegiatan pada satu putaran (siklus).
perencanaan-tindakan dan observasi-refleksi. Model ini sering diacu oleh para peneliti.
Kegiatan tindakan dan observasi digabung
dalam satu waktu. Hasil observasi direfleksi untuk menentukan kegiatan
berikutnya. Siklus dilakukan terus menerus sampai peneliti puas, masalah
terselesaikan dan hasil belajar maksimum (Endang Mulyatiningsih, 2011:70-71)
4) Model
DDAER
Desain lengkap PTK disingkat DDAER (diagnosis,
design, action and observation). Dalam penelitian ini
hal yang pertama dilakukan bukan diagnosis masalah sebelum tindakan diagnosis
penelitian. Diagnosis masalah ditulis dalam latar belakang masalah. Kemudian
peneliti mengidentifikasi tindakan dan memilih salah satu tindakan untuk
menyelesaikan masalah
(Endang Mulyatiningsih, 2011:71-72).
5) Model
John Elliot
Model penelitian ini dalam satu tindakan
terdiri dari beberapa step, yaitu langkah tindakan 1, langkah tindakan 2,
langkah tindakan 3. Langkah ini dilakukan karena pertimbangan dalam suatu
pelajaran terdapat beberapa materi yang tidak dapat diselesaikan dalam satu
waktu. Semuanya harus diawali dari ide awal, sampai monitoring pelaksanaan dan
efeknya ( Wijaya
Kusuma, 2011:21-22).
6) Model
McKernan
Menurut
McKernan ada tujuh langkah yang harus dilakukan,
yaitu :
a) Analisis
situasi atau kenal medan
b) Perumusan
dan klasifikasi permasalahan
c) Hipotesis
tindakan
d) Penerapan
tindakan dengan monitoring
e) Evaluasi
hasil tindakan
f) Refleksi
dan pengambilan keputusan untuk pengembangan selanjutnya
Penelitian
ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis dan Taggart, dengan
membagi prosedur penelitian dalam empat tahap kegiatan pada satu putaran
(siklus). perencanaan-tindakan dan observasi-refleksi.
c. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Wijaya Kusuma (2011:38-41) langkah
penelitian tindakan kelas, yaitu : adanya ide awal, praservei, diagnosis,
perencanaan, implementasi tindakan, pengamatan, refleksi, penyusunan laporan
PTK. Sedangkam menurut Endang
Mulyatiningsih
langkah penelitian adalah : diagnosis masalah, perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan dan observasi, analisis data, evaluasi dan refleksi.
Berdasarkan
beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan langkah-langkah penelitian
sebagai berikut :
1. Adanya
ide awal
Seseorang
yang melaksanakan penelitian, pasti diawali dengan gagasan atau ide dan
diharapkan dapat dilakukan atau dilaksanakan.
2. Praservei
Untuk
mengetahui secara detail kondisi yang terdapat dikelas yang akan diteliti.
Biasanya dilakukan oleh guru dan dosen.
3. Diagnosis
Dilakukan
oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di kelas yang dijadikan sasaran.
4. Perencanaan
Dibagi
menjadi dua, yaitu : perencanaan umum dan khusus. Perencanaan umu dimaksudkan
untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait PTK.
Perencanaan khusus Implementasi tindakan. Merupakan realisasi dari suati
tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya.
Strategi apa yang digunakan, materi yang diajarkan dan sebagainya.
5. Pengamatan
Pengamatan
dapat dilakukan sendiri oleh peneliti. Pada saat monitoring haryslah mencatat
semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas peneliti.
6. Evaluasi
dan refleksi
Kegiatan
merenung atau memikirkan sesuatu guna upaya evaluasi yang dilakukian oleh para
kolaborator atau partisipan yang berperan dalam PTK. Dilakukan dengan
kolaborasi, refleksi dilakukan sesudah implementasi tindakan dan hasil
observasi.
7. Penyusunan
laporan PTK.
Dilakukan
setelah melakukan penelitian dilapangan. Penelitian harus sistematis dan
dilakukan sesuai acuan yang telah diberikan dalam penelitian PTK.
B.
KERANGKA
BERFIKIR
Melalui pembelajaran teknik dasar tenis
meja dengan penggunaan modifikasi alat bantu pembelajaran diharapkan pengusaan
teknik dasar permainan tenis meja khususya backhand
siswa meningkat menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya. Kemampuan yang
diharapkan adalah siswa dapat menguasai cara bermain tenis meja dengan benar
dan baik. Dalam penelitian ini ditentukan indikator keberhasilan yaitu apabila
siklus pertama mencapai 50% dan pada siklus ke dua mencapai 80% dari jumlah
siswa dapat memperoleh nilai penguasaan teknik bermain tenis meja sama atau
melebihi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
C.
HIPOTESIS
Pembelajaran dengan modifikasi alat bantu
pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan permainan tenis meja khususnya
teknik dasar backhand
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Waktu dan Tempat Penelitian
1.
Waktu
Penelitian
Penelitian ini direncanakan 2 (dua) minggu dimulai pada awal bulan
Desember sampai dengan pertengahan bulan Desember 2018.
2.
Tempat
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros
yang beralamat di Jln. Mangga No.1 Maros.
B.
Jenis Penelitian
Sesuai
dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang bermaksud untuk menemukan
informasi tentang “Upaya Meningkatkan Teknik Dasar Backhand Pada Pembelajaran Tenis Meja Melalui Media Dinding Pada
Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros Semester Ganjil Tahun Pelajaran
2018/2019”. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis menggunakan metode
yang dianggap sesuai dengan permasalahan yang hendak diteliti yaitu menggunakan
metode penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research).
C. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Adapun populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros.
2.
Sampel
Mengenai sampel, Arikunto
(2002:109) mengatakan : “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti”.
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk
mendapatkan hasil penelitian yang efektif, peneliti menetapkan sample sebanyak 30 orang yang diambil secara total keseluruhan siswa Kelas
VII dengan alasan bahwa siswa tersebut merupakan kelas yang memiliki nilai
paling rendah dalam permainan tenis meja di antara siswa lainnya sesuai kesepakatan dengan
pihak sekolah. Atau dengan menggunakan sampling klaster
(Sudjana,2005:168).
D. Desain Penelitian
Dalam mencapai tujuan penelitian ini, digunakan suatu
tindakan bertahap yang dinamakan siklus. Setiap siklus terdiri dari empat
tahapan, yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi untuk perencanaan berikutnya. Penelitian ini direncanakan dalam 2
siklus.
Adapun
tahapan siklus pada penelitian Tindakan Kelas Ini dapat diterangkan melalui
gambar sebagi berikut
Tahap
I
Perencanaan
p
|
Tahap
II
Pelaksanaan
p
|
Tahap
IV
Refleksi
p
|
Tahap
III
Pengamatan
p
|
Siklus
I
Perencanaan
p
|
Tahap
I
Perencanaan
p
|
Siklus
II
Perencanaan
p
|
Tahap
II
Pelaksanaan
p
|
Tahap
IV
Refleksi
p
|
Tahap
Seterusnya
p
|
Tahap
III
Pengamatan
p
|
E. Analisis Siklus 1
1. Tahap
Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah
merencanakan tindakan berupa membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang disesuaikan dengan materi tenis meja dengan media dinding, menyusun
instrumen tes keterampilan bermain tenis meja, menyusun lembar penilaian dan
hasil pembelajaran, menyusun lembar obesrvasi, menyiapkan lembar tes,
menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran, menyiapkan tempat
penelitian, penetapan alokasi waktu pelaksanaan dan Sosialisasi kepada subejek.
2. Tahap
Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah
melaksanakan proses pembelajaran di lapangan. Tahap pelaksanaan dilakukan
dengan melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan, tahap ini
dilakukan bersama dengan tahap observasi terhadap dampak tindakan. Pada tahap
pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan proses pembelajaran di
lapangan dengan langkah – langkah kegiatan adalah:
·
Peneliti menyusun bentuk gerakan dengan
modifikasi alat bantu pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa.
·
Peneliti membuat media yang diperlukan
dalam pembelajaran bermain tenis mejadengan memodifikasi media yang berupa
dinding.
3. Tahap
Observasi
Kegiatan observasi dilakukan bersama dengan kegiatan
pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini guru melakukan pengamatan terhadap
penerapan model pembelajaran langsung
Pendidikan jasmani model pendekatan bermain dengan modifikasi alat bantu
pembelajaran bermain tenis meja.
4. Tahap
Refleksi
Dilakukan dengan menganalsis hasil observasi dan
interpretasi sehingga diperoleh kesimpulan apa saja yang perlu diperbaiki dan
apa saja yang perlu dipertahankan. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar
untuk tahap perencanaan siklus 2.
Setelah dilaksanakan siklus 1 dan hasil belum sesuai
terhadap tingkat penguasaan yang telah ditetapkan, maka dalam hal ini
dilaksanakan siklus 2. Apabila sudah jelas terlihat apa hasil siklus 1, maka
selanjutnya baru ditetapkan rencana berikutnya. Apakah siklus 2 dilakukan atau
hanya sampai siklus 1 saja.
F. Instrumen
Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah praktek
melakukan gerakan teknik dasar bermain tenis meja. Yaitu tes yang digunakan
untuk mengukur kemampuan bermain tenis meja. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tes bermain tenis meja yang bertujuan untuk mengukur keterampilan siswa dalam
menguasai teknik dasar permainan tenis meja. Adapun pelaksanaan – pelaksanaan
tesnya sebagai berikut:
1.
Tes berdiri di daerah servis. Tes
menggunakan servis forehand dan cara
melakukannnya sesuai denagn peraturan dan teknik yang diajarkan
2.
Tes memantul – mantulkan bola ke dinding
sebanyak 20 kali , cara melakukannya adalah berdiri menghadap dinding dengan
jarak 2 meter dan gerak yang dilakukan boleh menggunakan teknik forehand dan backhand
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan terdiri
dari beberapa tahap diantaranya :
1. Ketuntasan
Perorangan
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan sekolah, seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar jika hasil
belajar siswa telah mencapai nilai
75.
Untuk memberi nilai terhadap hasil belajar siswa
diberikan tes kepada siswa dengan menggunakan tes buatan guru. Untuk menghitung
persentase penguasaan siswa terhadap materi pengajaran digunakan rumus :
Tabel. 3.1
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
mata pelajaran PJOK tingkat Sekolah Menengah Atas kurikulum KTSP
Indikator
|
Deskriptor
|
||
Tes
Servis
|
3
|
2
|
1
|
Tes
Memantul – mantulkan Bola
|
3
|
2
|
1
|
Tes
Bermain Tenis Meja
|
3
|
2
|
1
|
Dengan kriteria :
·
≥ 90 =
Sangat tinggi = Siswa tuntas
dalam belajar
·
80 – 89 =
Tinggi = Siswa
tuntas dalam belajar
·
75 – 79 =
Sedang = Siswa tuntas dalam belajar
·
< 75 =
Rendah = Siswa tidak tuntas dalam belajar
Sumber : KKM Depdiknas 2008
Keterangan:
KKM=
Kriteria Ketuntasan Minimal
Secara
individu, siswa dikatakan telah tuntas belajar apabila daya serapnya >75.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui siswa
yang tuntas dalam pembelajaran dan siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran.
2.
Ketuntasan Belajar
a.
Siswa dikatakan tuntas belajar jika mencapai daya
serap 75 (dalam rentang 0 -
100) berdasarkan KKM yang di tetapkan sekolah.
b.
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar, jika dikelas
tersebut telah terdapat 80% siswa yang telah mencapai nilai 75 (sesuai KKM yang ditetapkan sekolah) .
PKK = Presentase Ketuntasan Klasikal
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Badaru, Benny. 2018. Dasar – Dasar Penelitian
Olahraga. Makassar: Universitas Negeri
Makassar.
Nur,
Masjumi. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan
Jasmani. Makassar.
Sukmadianata,
Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tirtarahardja,
Umar., dan S.L. La Sulo. 2010. Pengantar
Pendidikan. Jakarta : Dikti Depdikbud.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran
1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMP NEGERI 5 MANDAI
Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan
Kelas/Semester : VII / 1
Pertemuan : 2 kali pertemuan
Alokasi Waktu : 4 X 45 menit
Standar Kompetensi
1. Mempraktikkan
berbagai keterampilan permainan olahraga dalam bentuk sederhana dan nilai-nilai
yang terkandung didalamnya.
Kompetensi Dasar
1.2. Mempraktikkan keterampilan bermain salah
satu permainan dan olahraga beregu bola kecil dengan menggunakan alat
dan peraturan yang dimodifikasi serta nilai kerjasama, kejujuran, menghargai,
semangat, dan percaya diri**).
Indikator
1.
Melakukan
latihan koordinasi teknik dasar memukul forehand, memukul backhand, dan servis
tenis meja (berpasangan dan berkelompok) dengan koordinasi yang baik.
2.
Bermain
tenis meja dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi untuk menumbuhkan dan
membina nilai-nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, dan percaya diri.
A. Tujuan Pembelajaran
1.
Siswa
dapat melakukan latihan koordinasi teknik dasar memukul forehand, memukul
backhand, dan servis tenis meja (berpasangan dan berkelompok) dengan koordinasi
yang baik.
2.
Siswa
dapat bermain tenis meja dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi untuk
menumbuhkan dan membina nilai-nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat,
dan percaya diri.
B. Materi Pembelajaran
Permainan Tenis meja
1.
Koordinasi
teknik dasar memukul forehand, memukul backhand, dan servis tenis meja
(berpasangan dan berkelompok) dengan koordinasi yang baik.
2.
Bermain
tenis meja dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi.
C. Metode Pembelajaran
1. Demontrasi
2.
Inclusive (cakupan)
3.
Bagian dan
keseluruhan (Part and whole)
4. Permainan (game)
5. Saling menilai sesama teman (Resiprocal)
D. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan
ke 1
1.Kegiatan Pendahuluan
(15 menit)
· Berbaris, berdoa, presensi, apersepsi, motivasi dan penjelasan tujuan pembelajaran.
· Pemanasan secara
umum
·
Berlari mengelilingi lapangan
tenis meja
·
Pemanasan khusus tenis meja dalam bentuk permainan
2.Kegiatan
Inti (60 menit)
·
Penjelasan
cara melakukan latihan koordinasi teknik dasar memukul forehand, memukul
backhand, dan servis tenis meja dengan koordinasi yang baik.
·
Melakukan
latihan koordinasi teknik dasar memukul forehand, memukul backhand, dan servis
tenis meja dengan koordinasi yang baik (berpasangan maupun berkelompok).
·
Bermain
tenis meja dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi secara berkelompok
(jumlah pemain, lapangan permainan, dan peraturan permainan dimodifikasi).
3.Kegiatan
Penutup (15 menit)
·
Pendinginan
(colling down)
·
Evaluasi,
diskusi dan tanya-jawab proses pembelajaran
·
Berbaris
dan berdoa
Pertemuan 2
1.
Kegiatan
Pendahuluan (10 menit)
· Berbaris, berdoa, presensi,
apersepsi, motivasi dan penjelasan tujuan uji kompetensi.
· Pemanasan secara
umum
·
Berlari mengelilingi
lapangan tenis meja
2. Kegiatan Inti (70 menit)
Uji
kompetensi permainan tenis meja yang terdiri dari :
·
Uji kompetensi
memukul forehand dan backhand tenis meja
·
Uji kompetensi servis
forehand dan backhand tenis
meja
3.
Kegiatan Penutup (10 menit)
·
Pendinginan
(colling down)
·
Evaluasi,
diskusi dan tanya-jawab proses pembelajaran yang telah dipelajari
·
Berbaris
dan berdoa
E. Alat dan Sumber Belajar
1.
Alat Pembelajaran :
·
Bat/pemukul
·
Bola pingpong
·
Lapangan permainan
tenis meja atau lapangan sejenisnya
·
Net/jaring
tenis meja
·
Peluit
2.
Sumber Pembelajaran :
·
Media cetak
o Buku pegangan guru dan siswa SMA Kelas VII, Muhajir,
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, Jakarta: Erlangga.
o Lembar Kerja Siswa (LKS), Muhajir, Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan
o Buku permainan tenis meja
·
Media elektronik
o Audio/video visual teknik dasar permainan tenis meja
o Rekaman/cuplikan pertandingan tenis meja
F. Penilaian
1.
Teknik dan Bentuk Penilaian
a.
Tes Keterampilan (Psikomotor)
Lakukan koordinasi teknik dasar memukul forehand, memukul
backhand dan servis, unsur-unsur yang dinilai adalah kesempurnaan melakukan
gerakan (penilaian proses) dan ketepatan dan kecepatan melakukan gerakan
(penilaian produk/prestasi).
·
Contoh
penilaian proses teknik dasar permainan tenis meja (Penilaian keterampilan
kecabangan)
No
|
Nama Siswa
|
Pukulan forehand
|
Pukulan backhand
|
Servis
|
Jml
|
Nilai Proses
|
Nilai Produk
|
Nilai Akhir
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
Σ
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Σ
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Σ
|
||||||
1.
|
||||||||||||||||||||
2.
|
||||||||||||||||||||
3.
|
||||||||||||||||||||
4.
|
||||||||||||||||||||
5.
|
||||||||||||||||||||
JUMLAH
SKOR MAKSIMAL (NILAI PROSES) : 12
|
Jumlah skor yang diperoleh
Penilaian
Proses =
----------------------------------------- X 100%
Jumlah skor maksimal
·
Contoh
penilaian produk/prestasi teknik dasar (pukulan forehand dan backhand) bola dipukulkan ke papan/dinding selama 30 detik.
Perolehan Nilai
|
Kriteria Pengskoran
|
Klasifikasi Nilai
|
|
Putera
|
Puteri
|
||
…… > 35 kali
|
…… > 30 kali
|
100%
|
Sangat Baik
|
30 – 34 kali
|
25 – 29 kali
|
90%
|
Baik
|
25 – 29 kali
|
20 – 24 kali
|
80%
|
Cukup
|
20 – 24 kali
|
15 – 19 kali
|
70%
|
Kurang
|
…… < 20 kali
|
…… < 15 kali
|
60%
|
Kurang Sekali
|
·
Contoh
penilaian produk/prestasi teknik dasar (servis) melewati net/jaring sebanyak 20
kali servis (Skor maksimal 10 X 5 = 50).
Perolehan Nilai
|
Kriteria Pengskoran
|
Klasifikasi Nilai
|
|
Putera
|
Puteri
|
||
…… > Angka 40
|
…… > Angka 30
|
100%
|
Sangat Baik
|
Angka 30 – 39
|
Angka 22 – 29
|
90%
|
Baik
|
Angka 20 – 29
|
Angka 15 – 21
|
80%
|
Cukup
|
Angka 10 – 19
|
Angka 8 – 14
|
70%
|
Kurang
|
…… < Angka 10
|
…… < Angka 8
|
60%
|
Kurang Sekali
|
b.
Tes Sikap
(Afektif)
Contoh
penilaian afektif (Affective Behaviors)
Tes
sikap (Afektif) dapat dilakukan selama siswa melakukan pembelajaran Pendidikan
Jasmani di sekolah. Unsur-unsur yang dinilai : kerjasama, kejujuran,
menghargai, semangat, percaya diri, dan sportivitas.
No
|
Nama Siswa
|
Aspek Sikap Yang Dinilai
|
Σ
|
NA
|
|||||||||||||||||
Kerjasama
|
Kejujuran
|
Menghargai
|
Semangat
|
Percaya diri
|
Sportivitas
|
||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
||||
1.
|
|||||||||||||||||||||
2.
|
|||||||||||||||||||||
3.
|
|||||||||||||||||||||
4.
|
|||||||||||||||||||||
5.
|
|||||||||||||||||||||
dst
|
|||||||||||||||||||||
JUMLAH
SKOR MAKSIMAL (NILAI SIKAP) : 18
|
Jumlah skor yang diperoleh
Penilaian
Afektif = -----------------------------------------
X 100%
Jumlah skor maksimal
c.
Tes Pengetahuan
(Kognitif)
Contoh
format penilaian pembelajaran teknik dasar permainan tenis meja dengan metode
resiprokal :
No.
|
Nama Siswa
|
Butir-butir Pertanyaan
|
Σ
|
NA
|
||||||||||||||
Soal No.1
|
Soal No.2
|
Soal No.3
|
Soal No.4
|
Soal No.5
|
||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
||||
1.
|
||||||||||||||||||
2.
|
||||||||||||||||||
3.
|
||||||||||||||||||
4.
|
||||||||||||||||||
5.
|
||||||||||||||||||
dst
|
||||||||||||||||||
JUMLAH
SKOR MAKSIMAL (NILAI KOGNITIF) : 20
|
Jumlah skor yang diperoleh
Penilaian
Kognitif = -----------------------------------------
X 100%
Jumlah skor maksimal
Contoh Butir Pertanyaan
No
|
Butir
Pertanyaan
|
1.
|
Jelaskan yang dimaksud dengan pola
pertahanan dalam permainan tenis meja!
|
2.
|
Sebutkan macam-macam teknik
bertahan dalam permainan tenis meja!
|
3.
|
Jelaskan yang dimaksud dengan pola
penyerangan dalam permainan tenis meja!
|
4.
|
Sebutkan macam-macam teknik
penyerangan dalam permainan tenis meja!
|
5.
|
Jelaskan cara bermain tenis meja!
|
2.
Rekapitulasi
Penilaian
No.
|
Nama Siswa
|
Aspek Penilaian
|
Jumlah
|
Nilai Akhir
|
Kriteria
|
||
Psikomotor
|
Afektif
|
Kognitif
|
|||||
1.
|
|||||||
2.
|
|||||||
3.
|
|||||||
4.
|
|||||||
5.
|
|||||||
6.
|
|||||||
7.
|
|||||||
8.
|
|||||||
9.
|
|||||||
10.
|
|||||||
NIlai
Rata-rata
|
Jumlah skor yang diperoleh
Nilai
Akhir (NA) = -----------------------------------------
Tiga
Aspek Penilaian
Keterangan
:
- Mendapat nilai Sangat Baik, jika skor antara = 91 – 100%
- Mendapat nilai Baik, jika skor antara = 80 – 90%
- Mendapat nilai Cukup, jika skor antara = 70 – 79%
- Mendapat nilai Kurang, jika skor antara = 60 – 69%
- Mendapat nilai Kurang Sekali, jika skor antara = Kurang dari 60%
Mengetahui,
Kepala Sekolah
|
…………………………………………
Guru Mata Pelajaran
|
…………………………………..
|
…………………………….........
|
BIODATA PENULIS
Ikram Abi Rafdi (Ikram) asal dari Maros. Lahir pada tanggal 5
Mei 1998. Nim: 1631041025, Wa: 089516069013, Email: Ikramabi05@gmail.com.
Riwayat pendidikan SDN 49 Inpres Sanggalea pada tahun 2004
dan tamat tahun 2010. Kemudian melanjutkan pendidikan pada SMPN 2 Maros pada
tahun 2010 dan tamat 2013. Setelah tamat dari Sekolah Menengah Pertama, penulis
melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Maros dan menyelesaikan pendidikan SMA pada
tahun 2016. Sekarang penulis sedang berkuliah di Universitas Negeri Makassar jurusan
Penjaskesrek dan sedang berjalan 5 semester.
Riwayat pendidikan SD Inpres
Agang Je’ne Binamu Kab. Jeneponto pada tahun 2004 dan tamat tahun 2010.
Kemudian melanjutkan pendidikan pada SMPN 1 Binamu Kab. Jeneponto pada tahun
2010 dan tamat 2013. Setelah tamat dari Sekolah Menengah Pertama, penulis
melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Binamu Kab. Jeneponto dan menyelesaikan
pendidikan SMA pada tahun 2016. Sekarang penulis sedang berkuliah di Universitas Negeri Makassar, Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Jurusan Penjaskesrek.
Riwayat pendidikan SDN 6
Sidrap pada tahun 2003 dan tamat tahun 2009. Kemudian melanjutkan pendidikan
pada SMP Negeri 1 Sidrap pada tahun 2009 dan tamat 2012. Setelah tamat dari
Sekolah Menengah Pertama, penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Sidrap dan
menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 2015. Sekarang penulis sedang berkuliah
di Universitas Negeri Makassar, Fakultas
Ilmu Keolahragaan, Jurusan Penjaskesrek.
Asrul Sani (Asrul) asal dari
Maros. Lahir pada tanggal 18 Juli 1998. Nim: 1631041043, Wa: 085782199996,
Email: asrulsani162@gmail.com.
Riwayat pendidikan SD 60
Inpres Tumalia Kab. Maros pada tahun 2004 dan tamat tahun 2010. Kemudian
melanjutkan pendidikan pada SMPN 1 Turikale Kab. Maros pada tahun 2010 dan
tamat 2013. Setelah tamat dari Sekolah Menengah Pertama, penulis melanjutkan
pendidikan di SMAN 1 Maros dan menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 2016.
Sekarang penulis sedang berkuliah di
Universitas Negeri Makassar, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Jurusan Penjaskesrek.
Siti Maulidya (Olla) asal
dari Pangkep. Lahir pada tanggal 28 Juni 1999. Nim: 1631041071, Wa:
085255789993, Email: sitimaulidya280699@gmail.com.
Riwayat pendidikan SDN 1
Pangkep pada tahun 2004 dan tamat tahun 2010. Kemudian melanjutkan pendidikan
pada SMP Immim Putri pada tahun 2010 dan tamat 2013. Setelah tamat dari Sekolah
Menengah Pertama, penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Pangkep dan
menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 2016. Sekarang penulis sedang berkuliah
di Universitas Negeri Makassar, Fakultas
Ilmu Keolahragaan, Jurusan Penjaskesrek.
Komentar
Posting Komentar