PROPOSAL PTK


UPAYA MENINGKATKAN TEKNIK DASAR BACKHAND PADA PEMBELAJARAN TENIS MEJA MELALUI MEDIA DINDING PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 MANDAI KAB. MAROS SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Disusun Oleh :
Kelompok 1:
IKRAM ABI RAFDI                         1631041025
MUH. ALHAADY UKKAS             1631041032
ASRUL SANI                                   1631041043
NURAFNI INDAH DWI LESTARI  1631041060
SITTI MAULIDYA                           1631041071
PENJASKESREK D



FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018

HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1.       Judul Penelitian               : Upaya Meningkatkan Teknik Dasar Backhand Pada Pembelajaran Tenis Meja Melalui Media Dinding Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros Tahun Pelajaran 2018/2019.

2.       Peneliti                            : Ketua
a.       Nama Lengkap    : Ikram Abi Rafdi
b.      Jenis Kelamin      : Laki - laki
c.       NIM                     : 1631041025
                                       : Anggota
a.       Nama Legkap      : Muh. Alhaady Ukkas
b.      Jenis Kelamin      : Laki - laki
c.       NIM                     : 16310141032
                                      
a.       Nama Lengkap    : Asrul Sani
b.      Jenis Kelamin      : Laki - laki
c.       NIM                     : 1631041043
                                      
a.       Nama Lengkap    : Nurafni Indah Dwi Lestari
b.      Jenis Kelamin      : Perempuan
c.       NIM                     : 1631041060
                            
a.       Nama Lengkap    : Siti Maulidya
b.      Jenis Kelamin      : Perempuan
c.       NIM                     : 1631041071
                                                                                        


Pembimbing

                                                                                       
                                                                                        Dr. Benny Badarru, M. Pd
                                                                                        NIP. 19851011 201012 1 006

KATA PENGANTAR


            Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan taufiknya kepada penulis sehingga proposal ini diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Proposal ini berjudul “Upaya Meningkatkan Teknik Dasar Backhand  Pada Pembelajaran Tenis Meja Melalui Media Dinding Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros Tahun Pelajaran 2018/2019”.
            Dalam Penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai  pihak yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan dorongan.  Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih.
            Harapan penulis, semoga segala bantuan, petunjuk, dorongan, dan pengorbanan yang telah diberikan oleh berbagai pihak yang memungkinkan selesainya proposal ini , bernilai ibadah dan memperoleh imbalan yang berlipat ganda di sisi Allah. Aamiin.


Maros, 30 September 2018


Penulis




DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.. ii
KATA PENGANTAR.. iii
DAFTAR ISI. iv
BAB I  PENDAHULUAN.. 1
A.   Latar Belakang. 1
B.    Rumusan Masalah. 3
C.    Tujuan Penelitian. 3
D.   Manfaat Penelitian. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGANGKA BERFIKIR&HIPOTESIS. 5
A.   TINJAUAN PUSTAKA.. 5
a.     Pengertian Belajar 5
b.     Hasil Belajar 6
c.     Sejarah Perkembangan Tenis Meja. 7
d.    Sejarah Tenis Meja di Indonesia. 10
e.     Peralatan dan Perlengkapan Permainan Tenis Meja. 11
f.     Teknik Dasar Permainan Tenis Meja. 14
g.     Penelitian Tindakan Kelas. 22
B.    KERANGKA BERFIKIR.. 29
C.    HIPOTESIS. 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.. 30
A.   Waktu dan Tempat Penelitian. 30
B.    Jenis Penelitian. 30
C.    Populasi dan Sampel 30
D.   Desain Penelitian. 31
E.    Analisis Siklus 1. 32
F.    Instrumen Penelitian. 34
G.   Teknik Analisis Data. 34
DAFTAR PUSTAKA.. 37
LAMPIRAN-LAMPIRAN.. 38
BIODATA  PENULIS. 46



BAB I  

PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Pendidikan  Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan program pengajaran yang sangat penting dalam pembentukan kebugaran para siswa. Pembelajaran olahraga dan kesehatan ini diharapkan dapat mengarahkan siwa untuk dapat beraktivitas olahraga agar tercipta generasi muda yang sehat dan kuat.



Pendidikan jasmani secara keseluruhan telah disadari oleh banyak kalangan sebagai pendidikan untuk mengembangkan gerak dasar siswa, tetapi  dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani belum dapat berjalan   secara maksimal.Konsep dasar pendidikan jasmani dan model pembelajaran jasmani yang efektif perlu dikuasai oleh para guru yang hendak memberikan pembelajaran pendidikan jasmani. Guru harus dapat mengajarkan berbagai gerak dasar, teknik permainan olahraga, internalisasi nilai (sportifitas, kerjasama dll) menjadi pembiasaan pola hidup sehat. Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang lebih menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil, meningkatkan dan memelihara kesegaran jasmani serta pemahaman terhadap gerak manusia.
Salah satu permainan olah raga yang merupakan perwujudan dari aktivitas jasmani adalah permainan Tenis Meja. Di dalam permainan Tenis Meja ada beberapa teknik yang perlu dipelajari yaitu cara memegang bet, memukul, dan cara berdiri. Pada pertemuan kali ini akan diajarkan cara bermain tenis meja di SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses belajar-mengajar yang bersifat klasikal akan menghadapi permasalahan yang heterogenterhadap  kemampuan siswa. Dimana kurangnya kreatifitas seorang guru pendidikan jasmani di dalam mengemas materi pembelajaran pendidikan jasmani dianggap sebagai penyebabnya, sehinggga banyak siswa yang tidak tuntas nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dengan nilai 70. Untuk itu dituntut seorang guru pendidikan jasmani yang mampu menguasai berbagai model atau pendekatan pembelajaran praktik, sehinggga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan berkualitas.
Hasil dari pengamatan proses pembelajaran tenis meja siswa kelas VII SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros berjalan dengan baik, masih banyak siswa yang belum bisa melakukan teknik dasar permainan tenis meja, dalam proses pembelajaran bermain tenis meja pada siswa kelas VII banyak siswa yang belum aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, masih banyak kesalahan – kesalahan yang dilakukan siswa dalam melakukan gerakan teknik permainan tenis meja. Dari 70 siswa hanya ada 10 siswa yang mampu bermain tenis meja.
Dalam proses pembelajaran permainan tenis meja pada siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros, yang dilakukan peneliti sebagai penulis selama 3 bulan banyak siswa yang belum bisa bermain tenis meja. Pembelajaran tenis meja yang dilakukan sebelumnya yaitu pembelajaran tanpa modifikasi alat pembelajaran, yaitu dengan mengggunakan alat yang sebenarnya.
Dalam uraian permasalahan di atas kami peneliti SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros sebagai penulis berencana mengupayakan peningkatan proses belajar mengajar bermain tenis meja di SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros dengan pendekatan pembelajaran melalui modifikasi alat atau sarana prasarana pembelajaran yang kenyataannya belum dicoba oleh guru pendidikan jasmani pada umumnya, yaitu dengan pengggunaan modifikasi meja yang diganti denagn dinding yang bertujuan agar mempermudah dan meningkatkan kemampuan siswa  dalam bermain tenis meja akan menjadi lebih aktif, termotivasi dan menambah kemampuan bermai tenis meja. Sehinggga dengan demikian maka setiap pembelajaran materi tenis meja yang dilakukan di SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros akan lebih maksimal diserap dan dikuasai oleh peserta didik.
Berdasarkan uraian diatas, maka  kami peneliti di SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros sebagai penulis bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas pada siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Tenis Meja Melalui Media Dinding Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros Tahun Pelajaran 2018/2019”, agar siswa di SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros khususnya Kelas VII yang belum bisa bermain tenis meja diharapkan supaya dapat bermain tenis meja dengan baik.

B.       Rumusan Masalah
Dengan menggunakan latar belakang yang telah diuraikan diatas. Maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah penerapan media Dinding dapat meningkatkan hasil pembelajaran Tenis Meja pada sisw Kelas VII di SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros tahun pelajaran 2018/2019?”
C.      Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, peneliti mempunyai tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar bermain tenismeja pada siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros tahun pelajaran 2018/2019 melalui penerapan dengan memodifikasi  lawan main diganti dengan dinding.
D.      Manfaat Penelitian
1.      Bagi Siswa
Mempermudah siswa untuk memahami atau menyerap segala informasi yang disampaikan oleh guru atau pengajar dalam pembelajaran , serta sebagai sarana rekreasi bagi siswa.Sehinggga siswa lebih termotivasi dalam kegiatan KBM yang dilakukan dan siswa mampu meningkatkan kemampuannya dalam menguasai keterampilan dasar bermain tenis meja yang disampaikan oleh Guru Penjasorkes di SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros.
2.      Bagi Guru
Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru penjasorkes di Sekolah Menengah Atas bahwa model pembelajaran bermain tenis meja melalui media dinding dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa dalam menguasai teknik – teknik bermain tenis meja, sehingga siswa akan lebih mudah menangkap dan menerima materi belajar bermain tenis meja dan dapatt mendukung pencapaian hasil belajar yang maksimal.
3.      Bagi Lembaga (Instansi)
Sebagai bahan masukan, saran, dan informasi terhadap sekolah, instansi, lembaga pendidikan untuk mengembangkan strategi belajar mengajar yang tepat dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan kuantitas hasil belajar siswa.
4.      Bagi Peneliti
1)      Mendapatkan Pengetahuan baru tentang bagaimana cara meningkatkan keterampilan bermain tenis meja pada mata pelajaran penjasorkes melalui model pembelajaran yang dimodifikasi
2)      Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan hal yang sama





BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGANGKA BERFIKIR & HIPOTESIS


A.     TINJAUAN PUSTAKA
a.      Pengertian Belajar
       Menurut Winkel,  belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
       Moh. Surya (1981), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.
       Menurut Howard L. Kingsley, belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan.
       Menurut Skinner (1985), belajar adalah “Learning is a process of progressive behavior adaption”, Yaitu bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif atau Belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku yang bersifat progresif.
       Menurut Spears, belajar adalah mengamati, membaca, imited, untuk mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti arahan.
Proses belajar ini terjadi secaara internal dan bersifat pribadi dalam diri peserta didik, agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam kurikulum maka pengajar atau guru harus merencanakan dengan seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkah laku peserta didik sesuai dengan apa yang diharapkan
Bila terjadi proses  belajar, bersama itu pula terjadi proses mengajar. Hal ini kiranya mudah dipahami karena jika ada yang belajar sudah tentu ada yang mengajar dan begitu juga sebaliknya. Dalam proses belajar mengajar, guru sebagai pengajar  dan siswa sebagai subjek belajar, dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap dan tata nilai, serta sifat – sifat pribadi, agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efesien.

b.      Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang dilakukan pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni 2006: 5). Sementara menurut Arikunto (1993.133) hasil belajar adalah hasil setelah mengalami proses belajar, dimana tingkah laku itu tampak dalam bentuk perbuatan yang dapat diamati dan diukur. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor (Munadi, 2010:2). Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk yaitu perubahan pengetahuan, keterampilan dan kecakapan individu yang belajar. Bloom (1956) sebagaimana yang dikutip dalam Munadi (2010) mengklasifikasi hasil belajar dalam tiga domain, yaitu
1.    Cognitive Domain(Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berfikir.
2.    Affective Domain(Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3.    Psychomotor Domain(Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, tenis meja, dan mengoperasikan mesin.
Hasil belajar dalam penelitian ini adalah perubahan yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam melakukan permainan tenis meja serta perilaku siswa selama proses pembelajaran.
c.       Sejarah Perkembangan Tenis Meja
Sejarah asal usul permainan tenis meja ini hampir sama dengan kebanyakan permainan olahraga lainnya yang memakai raket, yakni pada awalnya hanya dikenal sebagai permainan dan hiburan ringan di masyarakat. Tetapi mengenai asal musa permainan tenis meja, sejak kapan dan oleh siapa yang pertama kali menciptakannya, dapat diketahui dari beberapa sumber bacaan berikut ini.
1.      Pada zaman manusia purba, di Iran telah memainkan sebuah permainan yang menggunakan sebatang kayu sebagai pemukul bola tang terbuat dari usus binatang yang telah diisi angin.
2.      Pada abad ke-12 Bangsa Perancis telah menyukai permainan tenis meja, dimana bolanya dibuat dari kertas diktat yang dipukul dengan tangan.
3.      Sejak zaman purba Bangsa Indian telah memainkan permainan yang menyerupai tenis meja. Bola yang dipakai serupa dengan bola bersayap bulu, pemukul yang digunakan adalah kayu yang dibungkus dengan kulit binatang menjangan.
4.      Berbagai sumber menyebutkan bahwa olahraga permainan tenis meja asalnya dari Inggris. Permainan ini muncul dari permainan kuno pada abad pertengahan  yang disebut seperti “gossima” dan “whiff-whiff“. Kemudian permainan ini berkembang lagi, di antaranya oleh angkatan bersenjata Inggris yang berada di India.
Ada juga, para opsir di daerah koloninya di Afrika Selatan yang biasa memainkan permainan tenis meja sebagai hiburan saat waktu senggang mereka. Meja yang dipakai adalah meja tanpa memiliki ukuran tertentu dengan sebuah net atau jaring pada bagian tengah-tengahnya, yang dipasang sejajar dengan ujung meja yang dipakai.
Jaring yang dipakai terbuat dari tali sepatu boat atau atau seperti perban pembungkus yang diikat ujungnya pada dua buah kursi yang ditempatkan di kedua sisi bagian tengah meja tersebut. Sementara itu alat pemukul yang digunakan adalah sebilah kayu yang telah dipotong menurut bentuk sehingga menyerupai raket yang digunakan seperti saat ini.
Pada saat itu pemukulnya diberi nama Vellum racket, yaitu alat pemukul pada permainan tenis meja yang mirip alat pemukul pada permainan tenis. Serta bola yang dipakai adalah bola yang dipakai pada permainan tenis, yakni pukul memukul secara langsung.
Di akhir tahun 1880, bola karet yang dilapisi dengan kulit yang dirajut diganti bola celluloid. Pada tahun 1990, permainan tenis meja disempurnakan oleh beberapa negara Eropa bagian barat. Pada tahun 1903, dibuat suatu ketetapan  atau peringatan kepada para pemain tenis meja atas penggunaan busana malam bagi pria dan wanita dalam latihannya.
Selain itu, juga diberikan penjelasan dan petunjuk mengenai teknis terperinci mengenai karet bintik, pegang penhold, dan taktik permainan. kemudian olahraga permainan ini semakin populer pada tahun 1905, E. C. Goode dari London mengenalkan raket kepada khalayak dengan permukaan berupa karet.
Atas prakarsa Dr. George Lehmen dari Jerman pada tanggal 15 januari 1926, terbentu sebuah organisasi Internasional Table Tenis Federation yang kemudian disingkat ITTF, Hown Ivor Montagu dari Inggris yang menjadi presiden pertamanya.
Pada 12 Desember 1926, disepakati anggaran dasar dan peraturan permainan, sedangkan kejuaraan yang tadinya antar negara Eropa dijadikan atau dianggap sebagai kejuaraan tenis meja pertama tingkat dunia.
Kemudian di tahun 1939, sebanyak 28 asosiasi dari negara-negara terdaftar sebagai anggota ITTF. Sejak kejuaraan tenis meja dunia pada tahun 1926, selanjutnya untuk setiap tahunnya diadakan sekali hingga yang ke – 13 pada tahun (1938), kemudian hingga tahun 1945 kejuaraan tidak dapat diselenggarakan karena terganggu perang dunia.
Pada tahun 1946, kejuaraan dunia yang ke- 14 kembali diadakan, kali ini berlokasi di Paris (Perancis). Selanjutnya diadakan berkala setiap dua tahun sekali.
Pada tahun 1946, pertama kali diadakan pertemuan umum (general meeting) selama berlangsungnya kejuaraan dunia ke – 14 di Paris. Pada tahun 1967, presiden ITTF, Hon Ivor Montagu mengundurkan diri dari presiden ITTF dan digantikan oleh H. Roy Evans dari Wales. Tahun 1976 bulan Maret, ITTF mengangkat sekjen profesional yang tidak dipilih oleh general meeting yang berkantor di St. Leonards On Sea di Inggris.
Pada bulan November 1977, Komite Olimpiade Internasional IOC mengakui cabang olahraga tenis meja sebagai cabang olahraga Olimpiade dengan ITTF sebagai satu-satunya induk organisasi internasional yang mengaturnya.
Secara resmi cabang olahraga tenis meja mulai dipertandingkan pada olimipic game ke – 24 tahun 1988 Seoul. Akibat pengakuan tersebut, ITTF diharuskan untuk menambahkan dalam peraturannya yang menyangkut status amatir dan profesional , yaitu pasal 26 dari Olimpic Charter, yang mana pada peraturan sebelumnya tidak ada.
Kepengurusan H. Roys Evans berakhir pada tahun 1987. Sedangkan yang terpilih menjadi ketua baru adalah Ichiro Ogimura dari Jepang. Ichiro Igimura mendapat dukungan penuh dari para anggota ITTF Asia, Afrika dan Amerika Latin sehingga memenangkan pemilihan dengan angka yang meyakinkan, yakni mendapat 65 suara dari 104 pemilik hak suara.
Perubahan dalam sistem pertandingan mengalami perubahan pada tahun 1991 dalam sistem pertandingan beregu putra, yang pada awalnya mempertandingkan 9 partai menjadi 5 partai. Rencana perubahannya sendiri dilakukan pada tahun 1989 di kongres ITTF, setelah final kejuaraan dunia pada waktu itu antara China dan Swedia yang berlangsung hampir enam jam.

d.      Sejarah Tenis Meja di Indonesia
Awal mula permainan tenis meja di Indonesia  mulai dikenal pada tahun 1930. Pada masa itu hanya dilakukan di balai-balai pertemuan orang-orang Belanda sebagi suatu permainan rekreasi yang dikenal dengan sebutan nama Societeit. Hanya golongan tertentu saja dari golongan pribumi yang boleh ikut latihan, antara lain keluarga pamong yang menjadi anggota dari balai pertemuan tersebut
Sebelum perang dunia ke II terjadi, pada tahun 1939, tokoh-tokoh pertenismejaan mendirikan PPPSI (Persatuan Ping Pong Seluruh Indonesia). Pada tahun 1958 dalam kongresnya di Surakarta PPPSI mengalami perubahan nama menjadi PTMSI (Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia). Tahun 1960 PTMSI telah menjadi anggota federasi tenis meja Asia, yaitu TTFA (Table Tennis Federation of Asia).
PTMSI telah resmi menjadi anggota International Table Tennis Federation di tahun 1961 dan tercatat sebagai negara anggota ke-73. Salah satu partisipasi pertama bagi PTMSI pada kejuaraan perlombaan ialah di Praha tahun 1963 dengan hasil peringkat ke-34 bagi putra dan putri ke-31.
Perkembangan tenis meja di Indonesia sejak berdirinya PPPSI hingga sekarang bisa dikatakan cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya perkumpulan-perkumpulan tenis meja yang berdiri yang sering disebut Persatuan Tenis Meja(PTM), dan juga banyaknya pertandingan tenis meja yang dilakukan di tingkat pelajar dan mahasiswa, misalnya : PORDA, PON, POMDA, PORSENI, POPDA, POPNAS, PORMAS, dll. Serta pertandingan-pertandingan yang diselenggarakan oleh perkumpulan-perkumpulan tenis meja, instansi pemerintah atau swasta atau karang taruna dan lain-lain.
Indonesia selalu diundang untuk mengikuti kejuaraan-kejuaraan dunia resmi, setelah Indonesia terdaftar sebagai anggota ITTF pada tahun 1961. Selain kegiatan-kegiatan pertandingan tersebut, hal lain yang patut dicatat dalam perkembangan pertenismejaan nasional adalah berdirinya Silatama (Sirkuit Laga Tenis Meja Utama) yang dimulai pada awal tahun 1983, yang diselenggarakan setiap 3 bulan sekali serta Silataruna yang kegiatannya mulai diselenggarakan sejak 1986 setiap 6 bulan sekali.

e.       Peralatan dan Perlengkapan Permainan Tenis Meja
1.      Meja Tenis
       Peralatan tenis meja ini harus ada, beberapa kriteria yang harus dipenuhi diantaranya adalah terbuat dari bahan yang keras guna memantulkan bola ping pong-nya. Standar ukuran meja tenis diantaranya P: 2,74 meter, Lebar 1,52 meter, dan tinggi 76 cm.

Gambar 2.1 Meja Tenis
https://www.mitrakesehatan.com/perlengkapan-tenis-meja.html


2.      Bet
       Bet merupakan perlengkapan tenis meja yang harus ada berfungsi sebagai pemukul, rata – rata bet terbuat dari kayu namun ada beberapa yang menggunakan gabungan karet dan kayu demi kepentingan skill mereka dalam menahan dan menyerang bola.

Gambar 2.2 Bet
https://www.mitrakesehatan.com/perlengkapan-tenis-meja.html




3.      Net
       Alat tenis meja yang membagi menjadi dua bagian daerah berlawanan yang sama yaitu net. Untuk memilih net yang baik, anda harus mengetahui standar tenis internasional yaitu 183 cm, lebar / tinggi, 15,25 cm.

Gambar 2.3 Net
https://www.mitrakesehatan.com/perlengkapan-tenis-meja.html

4.      Bola
Bola ping pong merupakan alat yang digunakan permainan dalam tenis meja, menang kalalh ditentukan oleh laju bola ini. Bola ping pong yang baik menurut ITFF berukuran 2.74 m berbentuk bulat, bewarna orange dan terbuat dari bahan cluloid.

Gambar 2.4 Bola Tenis Meja
https://www.mitrakesehatan.com/perlengkapan-tenis-meja.html

f.       Teknik Dasar Permainan Tenis Meja
1.      Teknik Grip
Teknik grip atau cara memegang raket tenis meja adalah teknik dasar yang utama untuk diperhatikan. Di awal, sangatlah penting untuk mengetahui sekaligus melatih cara memegang bet tenis meja. Hal ini pun turut memengaruhi performa kita ketika berada dalam permainan, maka dari itu berikut ini adalah 3 jenis teknik gripnya:
a)      Penholder Grip

Gambar 2.5 Penhold Grip
https://olahragapedia.com/teknik-dasar-tenis-meja

Pada cara memegang bet dengan metode penholder grip, fokus utama adalah dengan memegangnya persis seperti ketika Anda mem egang pulpen. Teknik grip ini diketahui cukup jarang dipakai oleh para pemain tenis meja di Asia. Ini karena penggunaan teknik shakehand grip jauh lebih populer dan banyak digunakan.
Teknik ini pun penggunaannya hanya bisa dilakukan pada satu sisi bet ketika bermain. Pukulan yang paling sesuai ketika memegang dengan cara ini adalah pukulan forehand dan akan cukup sulit jika hendak memakai pukulan backhand. Pergerakan kaki pemain harus tepat dan lincah ketika menggunakan teknik grip satu ini.
Cara Melakukan:
·         Pastikan untuk memegang bet yang mengarah ke bawah dengan grip atau pegangan yang menghadap ke atas.
·         Bet harus dipegang tepat di mana pegangan menyatu dengan bidang bet memakai jari telunjuk dan ibu jari. Ya, teknik ini sangat persis dengan cara kita saat sedang memegang sebuah pena.
·         Pada sisi bet lainnya, kita sah-sah saja untuk menekukkan ketiga jari kita lainnya, atau juga bisa meluruskannya ke bawah bet tapi rapatkan dulu jari-jari kita.
b)      Shakehand Grip

Gambar 2.6 Shakehand Grip
https://olahragapedia.com/teknik-dasar-tenis-meja

Seperti namanya, pasti banyak dari kita pun mampu menebak seperti apa teknik memegang bet tenis meja satu ini. Ya, persis ketika kita sedang berjabat tangan dengan orang lain dan cara inilah yang paling populer dan sangat mendunia.
Alasan mengapa teknik grip ini bisa begitu favorit dan mendunia adalah karena memang ada peluang besar yang diberikan oleh cara grip ini kepada para pemain tenis meja supaya bisa bermain lebih baik, khususnya pada waktu pukulan backhand. Kalau sebelumnya dengan penholder grip kita akan kesulitan melakukan pukulan backhand, dengan cara grip ini justru lebih gampang.
Shakehand grip juga diketahui menjadi cara memegang bet yang paling multiguna sehingga banyak pemain tenis meja yang menyukai cara pegangan ini. Bahkan banyak pelatih tenis meja pun menyarankan pemainnya untuk menggunakan teknik grip satu ini, baik di luar maupun dalam negeri.
Cara Melakukan:
·         Pastikan posisi bet tegak lurus sejajar dengan lantai.
·         Mulailah memegang bet tenis meja seakan sedang bersalaman atau berjabat tangan dengan orang lain.
·         Jari telunjuk bisa diluruskan pada bagian bawah bidang bet tenis meja, sementara ibu jari diposisikan pada permukaan bet lainnya di atas bidang yang telunjuk kita pegang.
·         Tekuklah ibu jari dan rilekskan sedikit supaya kuku pada ibu jari kita tegak lurus dengan permukaan bet yang kita pakai untuk melakukan pukulan. Intinya, jangan sampai ibu jari bagian dalam kita menyentuh bagian permukaan bet tenis meja.
·         Bidang bet pun pastikan menyandar di leukan antar ibu jari serta telunjuk yang kira-kira ¼ inci dari sisi jari telunjuk.
·         Letakkan jari telunjuk untuk dekat dengan bagian bet dan posisikan melintang ke arah atas bet.
·         Agak merapatkan ibu jari pada bet sangat boleh.
c)      Seemiller Grip

Gambar 2.7 Seemiller Grip
https://olahragapedia.com/teknik-dasar-tenis-meja


Penggunaan teknik grip seemiller ini sangatlah mirip dengan handshake grip, namun yang membedakan adalah bahwa teknik grip ini bagian jari telunjuk pemain memegang seluruh bagian bet. Sementara untuk bet yang atas, pemain perlu memutarnya 20-90 derajat untuk mengarah ke tubuh. Karena merupakan hasil pengembangan dan variasi dari shakehand grip, maka tak heran kalau cara memegangnya pun sama.
Cara Melakukan:
·         Cukup memulai pegangan dengan melakukan langkah-langkah pada handshake grip.
·         Bagian atas bet putar 90 derajat ke arah tubuh kita. Pukulan backhand bakal semakin kuat ketika kita semakin memutar bet, namun risikonya pukulan forehand pun bakal melemah.
·         Jari telunjuk lekukkan sepanjang bagian sisi bet tenis meja.
   Teknik stance adalah teknik penempatan posisi badan, kaki dan tangan saat kondisi bertahan atau akan menyerang lawan. Gerakan ini sangat penting, karena berpengaruh pada kesiapan kita saat menerima serangan dan hasil pukulan saat melakukan serangan. Teknik Stance terbagi menjadi dua macam yaitu Square Stance dan Side Stance.
a.       Teknik Side Stance
Cara melakukan teknik side stance ini badan harus berada pada posisi menyamping kiri atau kanan. Posisi bahu lebih berada di dekat net saat melakukan serangan, untuk Anda yang menggunakan tangan kanan maka posisi bahu kanan Anda harus dekat dengan net saat Anda melakukan pukulan dengan teknik forehand.
b.      Teknik Square Stance
Teknik square stance adalah teknik posisi tubuh kita berada menghadap ke meja. Posisi ini merupakan posisi awal kita setelah menerima serangan dan juga menerima servis dari lawan. Untuk melakukan posisi ini usahakan satu kaki saja yang berpindah ke kanan, kiri, depan dan belakang. Hal tersebut memudahkan kita untuk melakukan gerakan ini, apalagi kita mempunyai kelincahan yang bagus.
3.      Servis
a.    Servis Forehand
Cara melakukan services ini silahkan ikuti arahan berikut ini
·         Posisi siap, kedua kaki dibuka selebar bahu, lutut ditekuk, dan menghadap ke arah sasaran.
·         Tangan kiri memegang bola dengan telapak tangan terbuka dan tangan kanan memegang bat yang siap untuk memukul dengan permukaan bat mengarah ke depan.
·         Lambungkan bola sedikit ke atas di depan badan.
·         Pada saat bola turun dari titik tertinggi lambung, ayunkan bat ke depan lurus dengan permukaan bat mengarah ke depan.
·         Bola dipukul dengan cara memukul ke dalam dengan bat.

Untuk lebih mudah perhatikan gambar berikut ini

Gambar 2.8 Servis Forehand
 

b.    Servis Backhand
Untuk melakukan servis backhand ini silahkan bisa mengikuti arahan berikut ini.
·         Berdiri menghadap arah lapangan, kaki kanan agak ke depan, berat badan di kaki kanan dan badan agak condong ke depan.
·         Tangan kanan memegang bat menyilang di samping badan, siku ditekuk, punggung lengan bagian luar mengarah ke depan.
·         Tangan kiri memegang bola di depan atas dada.
·         Bola dipukul ke depan menggunakan punggung bet dengan dorongan ke depan hingga bola memantul dan menyeberangi net.
·         Gerak lanjut (follow through) sangat diperlukan agar siap untuk melakukan pukulan berikutnya.
Supaya lebih mudahnya silahkan perhatikan gambar berikut ini

Gambar 2.8 Servis Backhand
 

4.      Teknik Memukul
Pada dasarnya ada dua teknik memukul dalam tenis meja yaitu forehand dan backhand Pukulan forehand memiliki keunggulan pada kerasnya laju bola sedangkan pukulan backhand akan mempermudah untuk manghadapai pukulan backspin dan topspin.
Kedua teknik memukul ini mendasari berbagai jenis pukulan.
a.    Pukulan Forehand
Pukulan forehand dilakukan jika bola berada disebelah kanan tubuh (sabto adi dan mu’arifin, 1994:16).Cara melakukan pukulan ini adalah dengan merendahkan posisi tubuh, Lalu gerakkan tangan yang memegang bet kearah pinggang (bila tidak kidal gerakan kearah kanan), siku membentuk sudut kira-kira 90 derajat.Sekarang tinggal menggerakkan tangan kedapan tanpa merubah siku.
b.    Pukulan Backhand
Pukulan backhand dilakukan jika bola berada disebelah kiri badan (Sapto Adi dan Mu’arifin,1994:17). Cara melakukannya pertama rendahkan posisi tubuh lalu gerakkan tangan kearah pinggang sebelah kiri jika tidak kidal, dengan sudut siku sembilan puluh derajat.Gerakkan tangan dan bet kearah depan, jaga siku agar tetap sembilan puluh derajat dan bet tetap lurus.

5.       Block
Block adalah cara paling sederhana untuk mengembalikan pukulan yang keras (Larry Hodges,2002:72). Block dilakukan setelah bola memantul dari meja. Hal ini dilakukan untuk membuat lawan tidak dapat melancarkan serangan dengan cepat, karena bola yang di block akan kembali dengan cepat Cara melakukan forehand blok yang pertma gerakkan bet ke depan, posisi bet tertutup (sisi depan bet menghadap ke bawah).Perhatikan arah datangnya bola, segera lakukan block setelah bola memantul dari meja, perkenaan bola dengan bet tepat pada tengah bet.Sedangkan untuk backhand block bet berada disebelah kiri tubuh.Gerakkan bet ke depan jika ingin melakukan blocking, posisi bet tertutup (sisi depan bet menghadap ke bawah).Perhatikan arah datangnya bola, segera lakukan block setelah bola memantul dari meja, perkenan bola dengan bet tepat pada tengah bet.

6.      Smash
Teknik pukulan bola yang dilakukan secara keras dan tajam ke arah daerah lawan. Pukulan smash dilakukan untuk mengeksekusi bola lambung (lob) atau bola yang dikembalikan lawan relatif tinggi, baik di atas meja maupun di belakang meja. Pukulan smash harusnya cukup mematikan karena dilakukan dengan power (tenaga) keras sehingga menghasilkan poin kemenangan.
Cara melakukan Smash
·         Kaki tetap di buka, kaki kiri agak di depan (jika akan memukul dengan Forehand Smash)
·         Badan agak tegak, berat badan di tengah kedua kaki
·         Untuk memukul smash dengan Backhand, kaki kanan relatif di depan, dan posisi bet di sebelah kiri sejajar dada. Ketinggian bet ini hendaknya disesuaikan dengan ketinggian bola dari lawan/partner latihan.

g.      Penelitian Tindakan Kelas
a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Wijaya Kusuma (2009:9) penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Menurut O’Brien sebagaimana dikutip oleh Endang Mulyatiningsih (2011:60) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan ketika sekelompok orang (siswa) diidentifikasi permasalahannya, kemudian peneliti (guru) menetapkan suatu tindakan untuk mengatasinya. Cohen dan Manion sebagaimana dikutip oleh Padmono (2010) menyatakan penelitian tindakan adalah intervensi kecil terhadap terhadap tindakan di dunia nyata dan pemeriksaan cermat terhadap pengaruh intervensi tersebut. Pandangan ini menunjukkan bahwa penelitian tindakan dapat dilakukan secara kolaboratif dengan pakar. Pakar memberikan alternatif pemecahan dan alternatif tersebut perlu diuji sejauh mana efektifitasnya. Dengan demikian peneleitian tindakan menurut Cohen dan Manion bukan mutlak harus dilakukan oleh pekerja sendiri (guru sendiri) akan tetapi guru dapat meminta atau bekerja sama dengan pihak lain. Selanjutnya Kemmis dan Taggart sebagaimana dikutip oleh Padmono (2010) menyatakan penelitian tindakan adalah suatu penelitian refleksif diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktek pendidikan dan praktek sosial mereka, serta pemahaman mereka terhadap praktek-praktek itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktek-praktek tersebut. Kemmis dan Taggart memandang, bahwa penelitian ini dilakukan secara kolektif untuk memperbaiki praktek yang mereka lakukan dimana perbaikan dilakukan berdasar refleksi diri. Dalam bukunya Becoming Critical : Education, Knowledge, an Action Research 1986. Kemmis dan Carr lebih jelas menyatakan penelitian tindakan adalah bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh partisipan (guru, siswa, atau kepala sekolah, misalnya) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktek-praktek sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktek-praktek ini, dan (c) situasi-situasi (dan lembaga-lembaga) dimana praktek-praktek tersebut dilaksanakan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara professional.
Menurut Endang Mulyatiningsih (2011:60-63) karakteristik penelitian tindakan kelas antara lain:
1) Tema penelitian bersifat situasional
2)     Tindakan diambil berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi diri
3)     Dilakukan dalam beberapa putaran
4)     Penelitian dilakukan untuk memperbaiki kinerja
5)     Dilaksanakan secara kolaboratif atau parisipatorif
6)     Sampel terbatas

b. Model Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Endang Mulyatiningsih (2011:68-72) model PTK ada empat, yaitu : Model Lewin, Model riel,  Model Kemmis dan Taggart, Model DDAER. Sedangkan menurut Wijaya Kusuma (2011:19-24) adalah: Model Kurt Lewin, Kemmis dan Taggart, John Elliott, McKernan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model PTK adalah sebagai berikut : 
1)     Model Kurt Lewin
Menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai model Penelitian Tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian karena dialah yang pertama kali memperkenalkan action research  atau penelitian tindakan. Konsep model ini terdiri dari empat komponen (siklus), yaitu ; perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. (Wijaya Kusuma, 2011:20)
2)     Model Riel
Model ke dua dikembangkan oleh Riel (2007) yang membagi proses penelitian tindakan menjadi tahap-tahap: studi dan perencanaan, pengambilan tindakan, pengumpulan dan analisis kejadian, refleksi. Riel mengemukakan bahwa untuk mengatasi masalah diperlukan studi dan perencanaan. Masalah ditentukan berdasarkan pengalaman empiris yang ditemukan sehari-hari. Setelah masalah teridentifikasi kemudian direncanakan tindakan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan dan mampu dilakukan oleh peneliti. Perangkat pendukung tindakan (media, RPP) disiapkan pada tahap perencanaan. Tahap berikutnya pelaksanaan tindakan, kemudian mengumpulkan data/informasi dan
menganalisis. Hasil evaluasi kemudian dianalisis, dievaluasi dan ditanggapi. Kegiatan dilakukan sampai masalah bisa diatasi  
(Endang Mulyatiningsih, 2011:70).
3)     Model Kemmis dan Taggart
Kemiss dan Taggart (1988) membagi prosedur penelitian dalam empat tahap kegiatan pada satu putaran (siklus). perencanaan-tindakan dan observasi-refleksi. Model ini sering diacu oleh para peneliti. Kegiatan tindakan dan  observasi digabung dalam satu waktu. Hasil observasi direfleksi untuk menentukan kegiatan berikutnya. Siklus dilakukan terus menerus sampai peneliti puas, masalah terselesaikan dan hasil belajar maksimum (Endang Mulyatiningsih, 2011:70-71)
4)     Model DDAER
Desain lengkap PTK disingkat DDAER (diagnosis, design, action and observation). Dalam penelitian ini hal yang pertama dilakukan bukan diagnosis masalah sebelum tindakan diagnosis penelitian. Diagnosis masalah ditulis dalam latar belakang masalah. Kemudian peneliti mengidentifikasi tindakan dan memilih salah satu tindakan untuk menyelesaikan masalah
(Endang Mulyatiningsih, 2011:71-72).
5)     Model John Elliot
Model penelitian ini dalam satu tindakan terdiri dari beberapa step, yaitu langkah tindakan 1, langkah tindakan 2, langkah tindakan 3. Langkah ini dilakukan karena pertimbangan dalam suatu pelajaran terdapat beberapa materi yang tidak dapat diselesaikan dalam satu waktu. Semuanya harus diawali dari ide awal, sampai monitoring pelaksanaan dan efeknya ( Wijaya
Kusuma, 2011:21-22).
6)     Model McKernan
Menurut McKernan ada tujuh langkah yang harus dilakukan,
yaitu :
a)   Analisis situasi atau kenal medan
b)  Perumusan dan klasifikasi permasalahan
c)   Hipotesis tindakan
d)  Penerapan tindakan dengan monitoring
e)   Evaluasi hasil tindakan
f)   Refleksi dan pengambilan keputusan untuk pengembangan selanjutnya
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis dan Taggart, dengan membagi prosedur penelitian dalam empat tahap kegiatan pada satu putaran (siklus). perencanaan-tindakan dan observasi-refleksi.
            c.  Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Wijaya Kusuma (2011:38-41) langkah penelitian tindakan kelas, yaitu : adanya ide awal, praservei, diagnosis, perencanaan, implementasi tindakan, pengamatan, refleksi, penyusunan laporan PTK. Sedangkam menurut Endang
Mulyatiningsih langkah penelitian adalah : diagnosis masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi, analisis data, evaluasi dan refleksi.
           Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat  disimpulkan langkah-langkah penelitian sebagai berikut :
1.      Adanya ide awal
Seseorang yang melaksanakan penelitian, pasti diawali dengan gagasan atau ide dan diharapkan dapat dilakukan atau dilaksanakan.
2.      Praservei
Untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat dikelas yang akan diteliti. Biasanya dilakukan oleh guru dan dosen.
3.      Diagnosis
Dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di kelas yang dijadikan sasaran.
4.      Perencanaan
Dibagi menjadi dua, yaitu : perencanaan umum dan khusus. Perencanaan umu dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait PTK. Perencanaan khusus Implementasi tindakan. Merupakan realisasi dari suati tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya.  Strategi apa yang digunakan, materi yang diajarkan dan sebagainya.
5.      Pengamatan
Pengamatan dapat dilakukan sendiri oleh peneliti. Pada saat monitoring haryslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas peneliti.
6.      Evaluasi dan refleksi
Kegiatan merenung atau memikirkan sesuatu guna upaya evaluasi yang dilakukian oleh para kolaborator atau partisipan yang berperan dalam PTK. Dilakukan dengan kolaborasi, refleksi dilakukan sesudah implementasi tindakan dan hasil observasi.
7.      Penyusunan laporan PTK.
Dilakukan setelah melakukan penelitian dilapangan. Penelitian harus sistematis dan dilakukan sesuai acuan yang telah diberikan dalam penelitian PTK.

B.     KERANGKA BERFIKIR
       Melalui pembelajaran teknik dasar tenis meja dengan penggunaan modifikasi alat bantu pembelajaran diharapkan pengusaan teknik dasar permainan tenis meja khususya backhand siswa meningkat menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya. Kemampuan yang diharapkan adalah siswa dapat menguasai cara bermain tenis meja dengan benar dan baik. Dalam penelitian ini ditentukan indikator keberhasilan yaitu apabila siklus pertama mencapai 50% dan pada siklus ke dua mencapai 80% dari jumlah siswa dapat memperoleh nilai penguasaan teknik bermain tenis meja sama atau melebihi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

C.    HIPOTESIS
       Pembelajaran dengan modifikasi alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan permainan tenis meja khususnya teknik dasar backhand
      





BAB III

METODOLOGI PENELITIAN


A.    Waktu dan Tempat Penelitian

1.    Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan 2 (dua) minggu dimulai pada awal bulan Desember sampai dengan pertengahan bulan Desember 2018.
2.    Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros yang beralamat di Jln. Mangga No.1 Maros.

B.     Jenis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang bermaksud untuk menemukan informasi tentang “Upaya Meningkatkan Teknik Dasar Backhand Pada Pembelajaran Tenis Meja Melalui Media Dinding Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019”. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis menggunakan metode yang dianggap sesuai dengan permasalahan yang hendak diteliti yaitu menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research).

C.    Populasi dan Sampel

1.    Populasi
Adapun populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 5 Mandai Kab. Maros.


2.    Sampel
Mengenai sampel, Arikunto (2002:109) mengatakan : “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.
Berdasarkan uraian di atas,  maka untuk mendapatkan hasil penelitian yang efektif, peneliti menetapkan sample sebanyak 30 orang yang diambil secara total keseluruhan siswa Kelas VII dengan alasan bahwa siswa tersebut merupakan kelas yang memiliki nilai paling rendah dalam permainan tenis meja di antara siswa lainnya sesuai kesepakatan dengan pihak sekolah. Atau dengan menggunakan sampling klaster (Sudjana,2005:168).

D. Desain Penelitian

Dalam mencapai tujuan penelitian ini, digunakan suatu tindakan bertahap yang dinamakan siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi untuk perencanaan berikutnya. Penelitian ini direncanakan dalam 2 siklus.
Adapun tahapan siklus pada penelitian Tindakan Kelas Ini dapat diterangkan melalui gambar sebagi berikut





Tahap I
Perencanaan
p
                                    Perencanaan                                          
                                                                                            

Tahap II
Pelaksanaan
p

Tahap IV
Refleksi
p
     

Tahap III
Pengamatan
p

Siklus I
Perencanaan
p

Tahap I
Perencanaan
p
 








Siklus II
Perencanaan
p

Tahap II
Pelaksanaan
p

Tahap IV
Refleksi
p
                                                                                                      


Tahap
Seterusnya
p

Tahap III
Pengamatan
p
 





E.     Analisis Siklus 1

1.    Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan tindakan berupa membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan materi tenis meja dengan media dinding, menyusun instrumen tes keterampilan bermain tenis meja, menyusun lembar penilaian dan hasil pembelajaran, menyusun lembar obesrvasi, menyiapkan lembar tes, menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran, menyiapkan tempat penelitian, penetapan alokasi waktu pelaksanaan dan Sosialisasi kepada subejek.

2.    Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan proses pembelajaran di lapangan. Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan, tahap ini dilakukan bersama dengan tahap observasi terhadap dampak tindakan. Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan proses pembelajaran di lapangan dengan langkah – langkah kegiatan adalah:
·         Peneliti menyusun bentuk gerakan dengan modifikasi alat bantu pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa.
·         Peneliti membuat media yang diperlukan dalam pembelajaran bermain tenis mejadengan memodifikasi media yang berupa dinding.
3.    Tahap Observasi
Kegiatan observasi dilakukan bersama dengan kegiatan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini guru melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran langsung  Pendidikan jasmani model pendekatan bermain dengan modifikasi alat bantu pembelajaran bermain tenis meja.
4.    Tahap Refleksi
Dilakukan dengan menganalsis hasil observasi dan interpretasi sehingga diperoleh kesimpulan apa saja yang perlu diperbaiki dan apa saja yang perlu dipertahankan. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk tahap perencanaan siklus 2.
Setelah dilaksanakan siklus 1 dan hasil belum sesuai terhadap tingkat penguasaan yang telah ditetapkan, maka dalam hal ini dilaksanakan siklus 2. Apabila sudah jelas terlihat apa hasil siklus 1, maka selanjutnya baru ditetapkan rencana berikutnya. Apakah siklus 2 dilakukan atau hanya sampai siklus 1 saja.

F.     Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah praktek melakukan gerakan teknik dasar bermain tenis meja. Yaitu tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan bermain tenis meja. Instrumen tes  yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes bermain tenis meja yang bertujuan untuk mengukur keterampilan siswa dalam menguasai teknik dasar permainan tenis meja. Adapun pelaksanaan – pelaksanaan tesnya sebagai berikut:
1.      Tes berdiri di daerah servis. Tes menggunakan servis forehand dan cara melakukannnya sesuai denagn peraturan dan teknik yang diajarkan
2.      Tes memantul – mantulkan bola ke dinding sebanyak 20 kali , cara melakukannya adalah berdiri menghadap dinding dengan jarak 2 meter dan gerak yang dilakukan boleh menggunakan teknik forehand dan backhand

G.    Teknik Analisis Data

            Analisis data yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap diantaranya :
1.    Ketuntasan Perorangan
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah, seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar jika hasil belajar siswa telah mencapai nilai 75.
Untuk memberi nilai terhadap hasil belajar siswa diberikan tes kepada siswa dengan menggunakan tes buatan guru. Untuk menghitung persentase penguasaan siswa terhadap materi pengajaran digunakan rumus :



Tabel. 3.1
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran PJOK tingkat Sekolah Menengah Atas kurikulum KTSP
Indikator
Deskriptor
Tes Servis
3
2
1
Tes Memantul – mantulkan Bola
3
2
1
Tes Bermain Tenis Meja
3
2
1



Dengan kriteria :
·         ≥ 90        = Sangat tinggi            = Siswa tuntas dalam belajar
·         80 – 89   = Tinggi                       = Siswa tuntas dalam belajar
·         75 – 79   = Sedang                     = Siswa tuntas dalam belajar
·         < 75        = Rendah                    = Siswa tidak tuntas dalam belajar

Sumber    : KKM Depdiknas 2008
Keterangan:
KKM= Kriteria Ketuntasan Minimal
Secara individu, siswa dikatakan telah tuntas belajar apabila daya serapnya >75.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui siswa yang tuntas dalam pembelajaran dan siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran.

2.    Ketuntasan Belajar
a.    Siswa dikatakan tuntas belajar jika mencapai daya serap 75 (dalam rentang 0 -  100) berdasarkan KKM yang di tetapkan sekolah.
b.    Suatu kelas dikatakan tuntas belajar, jika dikelas tersebut telah terdapat 80%  siswa yang telah mencapai nilai 75 (sesuai KKM yang ditetapkan sekolah) .
            PKK    =  Presentase Ketuntasan Klasikal






DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Badaru, Benny. 2018. Dasar – Dasar Penelitian Olahraga. Makassar: Universitas                Negeri Makassar.
Nur, Masjumi. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani. Makassar.
Sukmadianata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tirtarahardja, Umar., dan S.L. La Sulo. 2010. Pengantar Pendidikan. Jakarta :       Dikti Depdikbud.



LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Nama Sekolah                         : SMP NEGERI 5 MANDAI
Mata Pelajaran            : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Kelas/Semester                        : VII / 1
Pertemuan                               : 2 kali pertemuan
Alokasi Waktu                        : 4 X 45 menit

Standar Kompetensi
1. Mempraktikkan berbagai keterampilan permainan olahraga dalam bentuk sederhana dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

Kompetensi Dasar
1.2.  Mempraktikkan keterampilan bermain salah satu permainan dan olahraga beregu bola kecil dengan menggunakan alat dan peraturan yang dimodifikasi serta nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, dan percaya diri**).

Indikator
1.            Melakukan latihan koordinasi teknik dasar memukul forehand, memukul backhand, dan servis tenis meja (berpasangan dan berkelompok) dengan koordinasi yang baik.
2.            Bermain tenis meja dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi untuk menumbuhkan dan membina nilai-nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, dan percaya diri.

A.      Tujuan Pembelajaran
1.      Siswa dapat melakukan latihan koordinasi teknik dasar memukul forehand, memukul backhand, dan servis tenis meja (berpasangan dan berkelompok) dengan koordinasi yang baik.
2.      Siswa dapat bermain tenis meja dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi untuk menumbuhkan dan membina nilai-nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, dan percaya diri.

B.       Materi Pembelajaran
         Permainan Tenis meja
1.      Koordinasi teknik dasar memukul forehand, memukul backhand, dan servis tenis meja (berpasangan dan berkelompok) dengan koordinasi yang baik.
2.      Bermain tenis meja dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi.

C.      Metode Pembelajaran
1.      Demontrasi
2.      Inclusive (cakupan)
3.      Bagian dan keseluruhan (Part and whole)
4.      Permainan (game)
5.      Saling menilai sesama teman  (Resiprocal)

D.       Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan ke 1
1.Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
·   Berbaris, berdoa, presensi, apersepsi, motivasi dan penjelasan tujuan pembelajaran.
·   Pemanasan secara umum
·   Berlari mengelilingi lapangan tenis meja
·   Pemanasan khusus tenis meja dalam bentuk permainan

2.Kegiatan Inti (60 menit)
·         Penjelasan cara melakukan latihan koordinasi teknik dasar memukul forehand, memukul backhand, dan servis tenis meja dengan koordinasi yang baik.
·         Melakukan latihan koordinasi teknik dasar memukul forehand, memukul backhand, dan servis tenis meja dengan koordinasi yang baik (berpasangan maupun berkelompok).
·         Bermain tenis meja dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi secara berkelompok (jumlah pemain, lapangan permainan, dan peraturan permainan dimodifikasi).

3.Kegiatan Penutup (15 menit)
·         Pendinginan (colling down)
·         Evaluasi, diskusi dan tanya-jawab proses pembelajaran
·         Berbaris dan berdoa 

Pertemuan 2
1.      Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
·   Berbaris, berdoa, presensi, apersepsi, motivasi dan penjelasan tujuan uji kompetensi.
·   Pemanasan secara umum
·   Berlari mengelilingi lapangan tenis meja

2.    Kegiatan Inti (70 menit)
Uji kompetensi permainan tenis meja yang terdiri dari :
·         Uji kompetensi memukul forehand dan backhand tenis meja
·         Uji kompetensi servis forehand dan backhand tenis meja

3.    Kegiatan Penutup (10 menit)
·         Pendinginan (colling down)
·         Evaluasi, diskusi dan tanya-jawab proses pembelajaran yang telah dipelajari
·         Berbaris dan berdoa 

E.       Alat dan Sumber Belajar
1.      Alat Pembelajaran :
·         Bat/pemukul
·         Bola pingpong
·         Lapangan permainan tenis meja atau lapangan sejenisnya
·         Net/jaring tenis meja
·         Peluit

2.      Sumber Pembelajaran :
·         Media cetak
o   Buku pegangan guru dan siswa SMA Kelas VII, Muhajir, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, Jakarta: Erlangga.
o   Lembar Kerja Siswa (LKS), Muhajir, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
o   Buku permainan tenis meja
·         Media elektronik
o   Audio/video visual teknik dasar permainan tenis meja
o   Rekaman/cuplikan pertandingan tenis meja

F.       Penilaian
1.            Teknik dan Bentuk Penilaian
a.            Tes Keterampilan (Psikomotor)
Lakukan koordinasi teknik dasar memukul forehand, memukul backhand dan servis, unsur-unsur yang dinilai adalah kesempurnaan melakukan gerakan (penilaian proses) dan ketepatan dan kecepatan melakukan gerakan (penilaian produk/prestasi).
·               Contoh penilaian proses teknik dasar permainan tenis meja (Penilaian keterampilan kecabangan)

No
Nama Siswa
Pukulan forehand
Pukulan backhand
Servis
Jml
Nilai Proses
Nilai Produk
Nilai Akhir
1
2
3
4
Σ
1
2
3
4
Σ
1
2
3
4
Σ
1.




















2.




















3.




















4.




















5.





















JUMLAH SKOR MAKSIMAL (NILAI PROSES) : 12




                   Jumlah skor yang diperoleh
Penilaian Proses  =  ----------------------------------------- X  100%
                      Jumlah skor maksimal

·               Contoh penilaian produk/prestasi teknik dasar (pukulan forehand dan backhand) bola dipukulkan ke papan/dinding selama 30 detik.

Perolehan Nilai
Kriteria Pengskoran
Klasifikasi Nilai
Putera
Puteri
…… > 35 kali
…… > 30 kali
100%
Sangat Baik
30 – 34 kali
25 – 29 kali
90%
Baik
25 – 29 kali
20 – 24 kali
80%
Cukup
20 – 24 kali
15 – 19 kali
70%
Kurang
…… < 20 kali
…… < 15 kali
60%
Kurang Sekali

·               Contoh penilaian produk/prestasi teknik dasar (servis) melewati net/jaring sebanyak 20 kali servis (Skor maksimal 10 X 5 = 50).

Perolehan Nilai
Kriteria Pengskoran
Klasifikasi Nilai
Putera
Puteri
…… > Angka 40
…… > Angka 30
100%
Sangat Baik
Angka 30 – 39
Angka 22 – 29
90%
Baik
Angka 20 – 29
Angka 15 – 21
80%
Cukup
Angka 10 – 19
Angka 8 – 14
70%
Kurang
…… < Angka 10
…… < Angka 8
60%
Kurang Sekali

b.            Tes Sikap (Afektif)
Contoh penilaian afektif (Affective Behaviors)
Tes sikap (Afektif) dapat dilakukan selama siswa melakukan pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah. Unsur-unsur yang dinilai : kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, percaya diri, dan sportivitas.

No
Nama Siswa
Aspek Sikap Yang Dinilai
Σ
NA
Kerjasama
Kejujuran
Menghargai
Semangat
Percaya diri
Sportivitas


1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3


1.





















2.





















3.





















4.





















5.





















dst






















JUMLAH SKOR MAKSIMAL (NILAI SIKAP) : 18



                 Jumlah skor yang diperoleh
Penilaian Afektif  =  ----------------------------------------- X  100%
                    Jumlah skor maksimal

c.             Tes Pengetahuan (Kognitif)
Contoh format penilaian pembelajaran teknik dasar permainan tenis meja dengan metode resiprokal :

No.
Nama Siswa
Butir-butir Pertanyaan
Σ
NA
Soal No.1
Soal No.2
Soal No.3
Soal No.4
Soal No.5
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1.


















2.


















3.


















4.


















5.


















dst



















JUMLAH SKOR MAKSIMAL (NILAI KOGNITIF) : 20




                    Jumlah skor yang diperoleh
Penilaian Kognitif  =  ----------------------------------------- X  100%
                       Jumlah skor maksimal

      Contoh Butir Pertanyaan

No
Butir Pertanyaan
1.
Jelaskan yang dimaksud dengan pola pertahanan dalam permainan tenis meja!
2.
Sebutkan macam-macam teknik bertahan dalam permainan tenis meja!
3.
Jelaskan yang dimaksud dengan pola penyerangan dalam permainan tenis meja!
4.
Sebutkan macam-macam teknik penyerangan dalam permainan tenis meja!
5.
Jelaskan cara bermain tenis meja!

2.            Rekapitulasi Penilaian

No.
Nama Siswa
Aspek Penilaian
Jumlah
Nilai Akhir
Kriteria
Psikomotor
Afektif
Kognitif
1.







2.







3.







4.







5.







6.







7.







8.







9.







10.







NIlai Rata-rata







                  Jumlah skor yang diperoleh
Nilai Akhir (NA)  =  -----------------------------------------
                     Tiga Aspek Penilaian

Keterangan :
  • Mendapat nilai Sangat Baik, jika skor antara             = 91 – 100%
  • Mendapat nilai Baik, jika skor antara                         = 80 – 90%
  • Mendapat nilai Cukup, jika skor antara                      = 70 – 79%
  • Mendapat nilai Kurang, jika skor antara                     = 60 – 69%
  • Mendapat nilai Kurang Sekali, jika skor antara          = Kurang dari 60%


Mengetahui,
Kepala Sekolah
                       …………………………………………
Guru Mata Pelajaran




…………………………………..




                         …………………………….........







BIODATA  PENULIS

Ikram Abi Rafdi (Ikram) asal dari Maros. Lahir pada tanggal 5 Mei 1998. Nim: 1631041025, Wa: 089516069013, Email: Ikramabi05@gmail.com.
Riwayat pendidikan SDN 49 Inpres Sanggalea pada tahun 2004 dan tamat tahun 2010. Kemudian melanjutkan pendidikan pada SMPN 2 Maros pada tahun 2010 dan tamat 2013. Setelah tamat dari Sekolah Menengah Pertama, penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Maros dan menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 2016. Sekarang penulis sedang berkuliah di  Universitas Negeri Makassar jurusan Penjaskesrek dan sedang berjalan 5 semester.

Nurafniindah Dwi Lestari (Afni) asal dari Jeneponto. Lahir pada tanggal. Nim: 1631041060, Wa: 085340840021, Email: nonicantik12345@gmail.com.
Riwayat pendidikan SD Inpres Agang Je’ne Binamu Kab. Jeneponto pada tahun 2004 dan tamat tahun 2010. Kemudian melanjutkan pendidikan pada SMPN 1 Binamu Kab. Jeneponto pada tahun 2010 dan tamat 2013. Setelah tamat dari Sekolah Menengah Pertama, penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Binamu Kab. Jeneponto dan menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 2016. Sekarang penulis sedang berkuliah di  Universitas Negeri Makassar, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Jurusan Penjaskesrek.

Muh. Al Haady Ukkas (Didy) asal dari Sidrap. Lahir pada tanggal 9 November 1997. Nim: 1631041032, Wa: 081395476529, Email:-.
Riwayat pendidikan SDN 6 Sidrap pada tahun 2003 dan tamat tahun 2009. Kemudian melanjutkan pendidikan pada SMP Negeri 1 Sidrap pada tahun 2009 dan tamat 2012. Setelah tamat dari Sekolah Menengah Pertama, penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Sidrap dan menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 2015. Sekarang penulis sedang berkuliah di  Universitas Negeri Makassar, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Jurusan Penjaskesrek.
Asrul Sani (Asrul) asal dari Maros. Lahir pada tanggal 18 Juli 1998. Nim: 1631041043, Wa: 085782199996, Email: asrulsani162@gmail.com.
Riwayat pendidikan SD 60 Inpres Tumalia Kab. Maros pada tahun 2004 dan tamat tahun 2010. Kemudian melanjutkan pendidikan pada SMPN 1 Turikale Kab. Maros pada tahun 2010 dan tamat 2013. Setelah tamat dari Sekolah Menengah Pertama, penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Maros dan menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 2016. Sekarang penulis sedang berkuliah di  Universitas Negeri Makassar, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Jurusan Penjaskesrek.
Siti Maulidya (Olla) asal dari Pangkep. Lahir pada tanggal 28 Juni 1999. Nim: 1631041071, Wa: 085255789993, Email: sitimaulidya280699@gmail.com.
Riwayat pendidikan SDN 1 Pangkep pada tahun 2004 dan tamat tahun 2010. Kemudian melanjutkan pendidikan pada SMP Immim Putri pada tahun 2010 dan tamat 2013. Setelah tamat dari Sekolah Menengah Pertama, penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Pangkep dan menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 2016. Sekarang penulis sedang berkuliah di  Universitas Negeri Makassar, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Jurusan Penjaskesrek.

 Untuk melihat video Seminar kami silahkan:

 Untuk melihat video Penelitian Kami silahkan:





Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA

SOFTBALL

KELOMPOK 6 PENATAAN DAN PENYIMPANAN SARANA DAN PRASARANA