MOTIVASI DALAM OLAHRAGA
MOTIVASI DALAM OLAHRAGA
OLEH:
KELOMPOK 1
MUH RIZAL SIMAL
HAERUL HIDAYAT
IKRAM ABI RAFDI
NURAENI
SYAIFUL ALAMSYAH
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “MOTIVASI DALAM OLAHRAGA“.Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami
sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Makassar, 22 September 2018
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Karakteristik pelatih dan atlit yang baik adalah mereka
memiliki motivasi yang baik. Dengan adanya motivasi yang baik dapat
memungkinkan para atlit bekerja dengan baik. Tercapai suatu keberhasilan karna
adanya dorongan keterampilan dan motivasi dari diri atlit.
Dengan adanya Motivasi berlatih dalam diri atlit akan merubahnya menjadi kepribadian yang berkomitmen dalam mencari kesempurnaan berlatih untuk tujuan yang diinginkan. Dengan demikian , motivasi baik internal maupun eksternal sangat berpengaruh dalam upaya meningkatkan kinerja berlatih sehingga kemampuan terbaik dalam prestasi olahraga didapatkan. Pelatih dan atlit penting memahami apa manfaat dari motivasi, baik motivasi internal dan motivasi eksternal. Weinberg; (2009:7) menjelaskan bahwa motivasi itu dapat meningkatkan kegigihan, intensitas, usaha, tujuan dan tekad. Prestasi didapatkan dengan adanya motivasi.
Dengan adanya Motivasi berlatih dalam diri atlit akan merubahnya menjadi kepribadian yang berkomitmen dalam mencari kesempurnaan berlatih untuk tujuan yang diinginkan. Dengan demikian , motivasi baik internal maupun eksternal sangat berpengaruh dalam upaya meningkatkan kinerja berlatih sehingga kemampuan terbaik dalam prestasi olahraga didapatkan. Pelatih dan atlit penting memahami apa manfaat dari motivasi, baik motivasi internal dan motivasi eksternal. Weinberg; (2009:7) menjelaskan bahwa motivasi itu dapat meningkatkan kegigihan, intensitas, usaha, tujuan dan tekad. Prestasi didapatkan dengan adanya motivasi.
Motif merupakan sumber penggerak dan pendorong yang berasal
dari dalam untuk membantu dirinya bekerja semaksimal mungkin dalam merubah
nasibnya. Motivasi merupakan keterampilan mental yang bersifat mendasar yang
perlu dimiliki atlit. karna motivasi bersifat mendorong dan penggerak suatu
usaha dari atlit. Oleh karna itu motivasi yang bagus dan baik harus dimiliki
oleh atlit adalah motivasi berprestasi sebab dengan adanya motivasi berprestasi
dapat mengacu pada keunggulan diri sendiri, keunggulan orang lain dan bahkan
dalam mencapai kesempurnaan dalam menjalankan tugas latihan maupun kompetisi.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penyusun merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Pengertian Motivasi dan Motivasi Berprestasi?
2.
Apa saja teori motivasi?
3.
Apakah fungsi dari motivasi intrinsik maupun motivasi
ekstrinsik?
4.
Bagaimana peran feedback dalam meningkatkan motivasi?
5.
Apa saja faktor yang memepengaruhi motivasi?
6.
Bagaimanakah strategi yang baik dalam meningkatkan motivasi.
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengertian Motivasi
dan Motivasi Berprestasi
2.
Untuk mengetahui teori motivasi
3.
Untuk mengetahui fungsi dan motivasi
intrinsik maupun motivasi ekstrinsik
4.
Untuk mengetahui peran feedback dalam
meningkatkan motivasi
5.
Untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi motivasi
D. Manfaat Penulisan
1.
Dapat
memberikan motivasi kepada siswa /
atlet dalam menghadapi penurunan performa.
2.
Memanfaatkan ilmu
psikologi menjadi ilmu yang berguna untuk kehidupan sehari – hari.
3.
Memberikan
pengetahuan lebih kepada masyarakat luas tentang motivasi dalam olahraga.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Motivasi
dan Motivasi Berprestasi
1.
Pengertian Motivasi
Definisi
motivasi adalah sebuah dorongan atau alasan yang mendasari semangat dalam
melakukan sesuatu. Motivasi adalah hal-hal yang menimbulkan dorongan, dan
motivasi kerja adalah pendorong semangat yang menimbulkan suatu dorongan.
Pemberian motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras
dan antusias untuk mencapai prestasi kerja yang tinggi.
Didalam
buku Thoha (2004:206) mengatakan bahwa perilaku manusia itu hakekatnya adalah
berorientasi pada tujuan dengan kata lain bahwa perilaku seseorang itu pada
umumnya di rangsang oleh keinginan untuk mencapai beberapa tujuan. Motivasi,
kadang-kadang istilah ini dipakai silih berganti dengan istilah-istilah
lainnya, seperti misalnya kebutuhan, keinginan, dorongan, semangat atau impuls.
Teori
motivasi menurut Robbin (2003:208) yang mengatakan bahwa suatu proses yang
menghasilkan suatu intensitas, arah dan ketekunan individual dalam usaha untuk
mencapai satu tujuan. Sementara motivasi umum bersangkutan dengan upaya ke arah
setiap tujuan. Motivasi adalah konsep yang menguraikan tentang
kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri setiap individu untuk memulai dan
mengarahkan perilaku. Konsep ini digunakan untuk menjelaskan
perbedaaan-perbedaan dalam intensitas perilaku dimana perilaku yang bersemangat
adalah hasil dari tingkat motivasi yang kuat. Selain itu konsep motivasi
digunakan untuk menunjukkan arah perilaku. Kemudian menurut Nimran (2005:47)
mendefinisikan motivasi adalah sebagai keadaan dimana usaha dan
kemauan keras
seseorang diarahkan kepada pencapaian hasil-hasil tertentu. Hasil-hasil yang
dimaksud bisa berupa:
a.
Produktivitas
b.
Kehadiran atau Prilaku kerja kreatifnya.
Sedangkan
menurut Adair (2007:192) Motivasi adalah apa yang membuat orang melakukan
sesuatu, tetapi arti yang lebih penting dari kata ini adalah bahwa motivasi
adalah apa yang membuat orang benar-benar berusaha dan mengeluarkan energi demi
apa yang mereka lakukan. Definisi yang sederhana dari kata ‘mmotivasi’ mungkin
"membuat orang mengerjakan apa yang harus dikerjakan dengan rela dan
baik".
2.
Pengertian Motivasi
Berprestasi
Motivasi yang harus dimiliki oleh setiap atlet yaitu motivasi
berpretasi. Motivasi berprestasi disebut juga dengan istilah N.Ach (Need for
Achievment). Reeve (2000); Apruebo(2005:53) motivasi berprestasi merupakan
keinginan untuk menyelesaikan dan menguasai sesuatu orang, ide, atau standar
baru. Motivasi berprestasi akan memberikan kesempatan kepada atlet untuk
mencapai sesuatu dengan sempurna, meningkatkan kebugaran pada tingkatan
tertinggi, dan berlatih secara maksimal. Dengan kata lain motivasi berprestasi,
motivasi berprestasi dalam olahraga sama dengan istilah “competitiveness”.
Motivasi berprestasi pada hakikatnya merupakan keinginan, hasrat, kemauan dan
mendorong untuk dapat unggul yaitu mengungguli prestasi yang pernah dicapainya
sendiri atau prestasi yang pernah dicapai oleh orang lain. Motivasi berprestasi
merupakan dorongan untuk berpacu dengan keunggulan, baik keunggulannya dirinya
sendiri, keunggulan orang lain, atau kesempurnaan dalam melakukan tugas
tertentu.
Menurut Heckhausen pengertian motivasi berprestasi adalah
suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu berusaha atau
berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam
semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan. Menurutnya ada tiga
komponen dari standar keunggulan yang antara lain adalah:
1.
Standar
keunggulan tugas (berhubungan dengan pencapaian tugas sebaik-baiknya),
2.
Standar
keunggulan diri (berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan prestasi yang pernah dicapai selama ini) dan
3.
Standar
keunggulan siswa lain (berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan prestasi yang dicapai oleh siswa lain).
Menurut
McClelland pengertian motivasi berprestasi adalah sebagai kompetisi dengan
standar keunggulan. Dengan demikian motivasi berprestasi ditandai oleh
keinginan untuk mencapai standar keunggulan yang tinggi dan untuk mencapai
tujuan yang unik. Motivasi berprestasi dapat dianggap sebagai disposisi untuk
mendekati keberhasilan atau kapasitas untuk mendapatkan kebanggaan dalam
pemenuhan ketika kesuksesan dicapai dalam suatu kegiatan.
Apabila
disimpulkan pengertian motivasi berprestasi adalah merupakan suatu keinginan
yang mendorong individu untuk mencapai sukses dan mencapai standar keunggulan.
B.
Teori Motivasi
Ada beberapa
teori motivasi yang cukup menarik untuk di bicarakan, yakni Teori Hedonisme,
Teori Naluri, Teori Kebudayaan, dan Teori Kebutuhan.
1. Teori Hedonisme
Teori ini
mengatakan bahwa pada hakekatnya manusia akan memilih aktivitas yang
menyebabkannya merasa gembira dan senang. Begitu pula dalam olahraga, orang
hanya akan memilih aktivitas yang menarik dan menguntungkan dirinya dan akan
mengesampingkan yang tidak menarik. Oleh sebab itu, pelatih harus mempersiapkan
dan membantu setiap atlet untuk memperbesar apa yang memberi nilai tambah yang
dicarinya pada saat itu dan memperkecil apa saja yang dapat menumbuhkan
ketidaksenangan dalam aktivitas itu.
2. Teori Naluri
Teori ini
menghubungkan kelakuan manusia dengan macam-macam naluri, seperti naluri
mempertahankan diri, mangembangkan diri dan mengembangkan jenis. Kebiasaan,
tindakan dan tingkahlakunya digerakkan oleh naluri tersebut. Untuk itu guru,
pelatih dan pembina dalam proses belajar atau latihan perlu memperhatikan
naluri – naluri individu, dan mendeteksi naluri yang dominan pada setiap
individu.
3.
Teori Kebudayaan
Teori ini
menghubungkan tingkahlaku manusia berdasarkan pola kebudayaan tempat ia berada.
Bertolak dari teori ini, maka para pelatih dan pembina perlu mengetahui
latarbelakang kehidupan dan kebudayaan setiap atlet, agar kegiatan olahraga
yang dilaksanakannya tidak dirasakan baru atau asing, melainkan sebagai bagian
hidup dan pola kebudayaanya.
4. Teori Kebutuhan
Teori ini
beranggapan bahwa tingkahlaku manusia pada hakekatnya bertujuan memenuhi
Kebutuhannya. Sehubungan dengan pandangan ini, maka pelatih atau pembina
hendaknya dapat mendeteksi kebutuhan yang domina setiap individu.
C.
Fungsi Motivasi dalam Olahraga
Banyak atlet yang mencurahkan
perhatian dan kesenangan pada olahraga yang mereka geluti, bahkan tidak sedikit
dari mereka atlet tidak sadar bahwa mereka bisa menghabiskan hampir separuh
waktu yang hanya ada 24 jam dalam sehari hanya untuk berlatih. Atlet tersebut
melakukan dengan senang hati karena mereka memiliki semangat yang luar biasa,
sensasi yang kuat dan merasa termotivasi dalam aktivitas tersebut. Motivasi itu
sendiri mempunyai 2 fungsi yaitu fungsi intrinsik dan ekstrinsik.
1.
Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik sangat
menentukan atlet dalam memutuskan dirinya untuk terus berpasrtisipasi dalam
olahraga yang digelutinya. Bagi atlet yang memiliki motivasi intrinsik adalah
mereka yang melakukan aktivitas olahraga tersebut dengan sukarela, perasaan
senang dan merasa puas dengan olahraga yang digelutinya. Untuk mendukung
pernyataan tersebut, para ahli seperti Lepper et al., (19730; Deci (1975);
dalam vallerand et al., (2003: 2) menjelaskan bahwa motivasi intrinsik mengacu
pada mengerjakan sesuatu untuk kepuasan sendiri berkaitan dengan merasa
terlibatnya dalam kegiatan tersebut.
Motivasi intrinsik merujuk pada
kegiatan yang dilakukan dengan penuh rasa senang dan kepuasan. Seseorang akan
termotivasi secara intrinsik untuk terlibat dalam sebuah aktivitas ketika
mereka merasa nyaman dan ingin kompeten (Arshel 1990: 107). Hal yang sama juga
dijelaskan oleh Vallerand dan Rousseau (2011: 1) bahwa motivasi intrinsik
memiliki keterkaitan dengan perasaan nyaman serta senang dalam olahraga yang
rmerupakan faktor penting daripada performa olahraga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
atlet yang memiliki yang motivasi intrinsik dan self-determinasi selalu
memiliki investasi usaha yang lebih (Pellettier, et al., (1995); Williamsdan
Gill(1995); Li (1995) menjelaskan atlet memiliki konsentrasi yang tinggi.
Briere , et al., (1995); Pelletier, at al., (2001); (2003); Sarrazin, et al.,
(2001) menjelaskan atlet yang memiliki motivasi intrinsik penampilannya lebih
baik daripada atlet yang tidak memiliki self-determinasi (Beauchamp, et al.,
(1996). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa atlet yang memiliki
motivasi intrinsik dan self-determinasi cendurung memiliki usaha yang baik,
konsentrasi yang tinggi, penampilannya lebih baik dibandingkan dengan atlet
yang tidak memiliki self-determined.
Selanjutnya, Harsono (1988: 251)
mejelaskan bahwa motivasi intrinsik berfungsi karena adanya dorongan-dorongan
yang berasal dari dalam diri setiap individu. Atlet berusaha meningkatkan
kemampuan berlatihnya dan kemampuan keterampilannya karena hal tersebut akan
memberikan kepuasan tersendiri bagi diri seorang atlet. Atlet tidak peduli
apakah dengan prestasi yang diraih mereka akan mendapatkan medali, hadiah atau
pun berupa uang tapi yang terpenting bagi mereka adalah kepuasan tersendiri
dengan apa yang telah dicapai. Atlet dengan motivasi intrinsik adalah mereka
yang tekun bekerja keras, teratur dan disiplin dalam melaksanakan latihan
serta tidak menggantungkan dirinya kepada orang lain , mempunyai
kepribadian yang matang, percaya diri dan disiplin yang matang.
Aktivitas yang terpondasi baik
dengan motivasi intrinsik akan bertahan lebih lama apabila dibandingkan dengan
motivasi lainnya. Penelitian Arshel (1990:107) menunujukkan bahwa prilaku yang
didasari dengan motivasi intrinsik akan bertahan lebih lama, lebih
mnyenangkan, dan lebih meningkatkan gambaran diri ketimbang aktivitas yang
didasari dengan motivasi ekstrinsik. Oleh karena itu dapat disimpulkan motivasi
intrinsik harus ditumbuhkan pada setiap individu atlet, karena perilaku atlet
yang didasari oleh motivasi intrinsik cendurung akan lebih bertahan lama, lebih
gigih dalam berlatih, lebih disiplin dan relatif lebih menetap dari pada
motivasi yang bersifat ekstrinsik.
2.
Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik sangatlah
berbanding terbalik dengan motivasi intrinsik, yaitu motivasi ekstrinsik
merupakan motivasi yang timbul karena adanya faktor yang mempengaruhi dari luar
diri sesorang. Atlet berpartisipasi dalam aktivitas olahraga tidak dilandasi
dengan kesenangan dan kepuasan, melainkan keikutsertaan atlet dalam aktivitas
tersebut karena adanya keinginan untuk memperoleh sesuatu seperti bonus atau
adanya tekanan. Semakin besar motivasi ekstrinsik yang dimiliki oleh seorang
atlet maka semakin melemah kualitas motivasi intrinsik yang dimiliki oleh
seorang atlet tersebut. Belum lagi permasalahan bonus yang kerap terjadi antara
atlet dan pengurus sehingga merusak komitmen atlet. Untuk mendukung peryataan tersebut,
para ahli seperti Deci (1975); Anshel (1990:107) menjelaskan bahwa keinginan
untuk melakukan sesuatu karena antisipasi dari faktor eksternal seperti uang
atau tropi.
Motivasi intrinsik merupakan
keinginan untuk menampilkan suatu aktivitas karena adanya penghargaan dari luar
dirinya. Dengan demikian, motivasi ekstrinsik akan berfungsi manakala ada
ransangan dari luar diri seseorang. Misalnya seseorang terdorong untuk berusaha
atau berprestasi sebaik-baiknya disebabkan karena menariknya hadiah yang
dijanjikan, perlawatan keluar negeri, akan dipuja orang, menjadi berita di
koran-koran dan TV, dan ingin mendapatkan status di masyarakat.
D.
Umpan Balik Untuk Meningkatkan Motivasi
Umpan balik dalam peroses latihan
memegang peranan penting untuk meningkatkan kemampuan atlet, umpan balik
diartikan sebagai informasi yang diterima oleh siswa mengenai performannya
(Rink, 2002: 166). Menurut Siedentop (1991: 9), umpan balik yaitu sebagai
informasi mengenai sebuah respon yang digunakan untuk memperbaki respons
berikutnya. Pendapat tersebut memiliki makna bahwa umpan balik itu
memberikan reaksi dari apa yang telah dilakukan oleh atlet yang kemudian
dijadikan acuan untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik. Dengan adanya
umpan balik dalam proses latihan atlit menjadi lebih semangat dan bergairah
untuk berlatih karna atlet dapat mengetahui hasil dari latihannya sehingga
dapat meningkatkan menjadi lebih baik lagi.
Terkait dengan masalah tersebut,
Agung (2010: 47-48) menjelaskan bahwa melalui prinsip balikan di upayakan dan
dipastikan atlet akan sunggu-sungguh menerima materi yang disampaikan dan
memperoleh hasil yang baik. Perolehan hasil itu akan mendorong atlet untuk
lebih giat berlatih dan berprestasi lebih baik lagi. Karena hasil terbaik
yang diproleh atlet menjadi operant conditioning (penguatan positif)
sebaliknya, bagi atlet yang memperoleh hasil jelek akan merasa cemas dan takut,
misalnya takut kalah dalam pertandingan, takut tidak terpilih menjadi anggota
tim, sehingga atlet tersebut akan berlatih atau bertanding lebih giat lagi.
Oleh karena itu pelatih mempunyai peranan dan fungsi amat penting dalam
menerapkan prinsip umpan balik untuk mendorong atletnya terus berlatih agar
dapat mencapai prestasi terbaiknya. Rink (2002: 166) menjelaskan bahwa, umpan
balik akan memelihara perhatian siswa pada tugas-tugas belajar dan termotivasi
untuk merespons dan memonitornya. Dalam konteks pelatihan olahraga
pendapat tersebut menekankan bahwa umpan balik pelatih akan memelihara
perhatian atlet pada tugas-tugas latihan dan memberikan motivasi serta memonitor
respons atlet untuk terus berlatih.
Terkait dengan masalah tersebut,
Agung (2010:47-48) menjelaskan bahwa melalui prinsip balikan di upayakan dan
dipastikan atlet akan sunggu-sungguh menerima materi yang disampaikan dan
memperoleh hasil yang baik. Perolehan hasil itu akan mendorong atlet untuk
lebih giat berlatih dan berprestasi lebih baik lagi. Karena hasil terbaik
yang diproleh atlet menjadi operant conditioning (penguatan positif)
sebaliknya, bagi atlet yang memperoleh hasil jelek akan merasa cemas dan takut,
misalnya takut kalah dalam pertandingan, takut tidak terpilih menjadi anggota
tim, sehingga atlet tersebut akan berlatih atau bertanding lebih giat
lagi. Oleh karena itu pelatih mempunyai peranan dan fungsi amat penting dalam
menerapkan prinsip umpan balik untuk mendorong atletnya terus berlatih agar
dapat mencapai prestasi terbaiknya. Rink (2002: 166) menjelaskan bahwa, umpan
balik akan memelihara perhatian siswa pada tugas-tugas belajar dan termotivasi
untuk merespons dan memonitornya. Dalam konteks pelatihan olahraga
pendapat tersebut menekankan bahwa umpan balik pelatih akan memelihara
perhatian atlet pada tugas-tugas latihan dan memberikan motivasi serta
memonitor respons atlet untuk terus berlatih.
Pemberian umpan balik yang positif
akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan motivasi intrinsik dan
penampilan atlet. Umpan balik positif dibagi menjadi dua fungsi, yaitu
fungsi informasi dan fungsi pengendalian (Ryan, 1982). Fungsi informasi yaitu
memberikan informasi kepada atlet tentang kemampuannya, sedangkan funsi
pengendalian yaitu untuk mendorong atlet mengendalikan perilakunya. Hal ini
penting tatkala atlet sedang berada dalam laga tertentu yang menentukan supaya
atlet lebih semangat dan selalu terkendali.
Hasil penelitian Fisher (1978)
menunjukan bahwa ketika aspek informasi menonjol dan aspek kontroling tidak
terlalu menonjol, unpan balik positif meningkatkan persepsi atlet terhadap
kompetensi yang memiliki efek positif terhadap motivasi intrinsik atlet
tersebut. selanjutnya hasil penelitian Ryan, et al., (1999) menunjukan
bahwa ketika aspek kontroling yang menonjol, maka umpan balik positif akan
merusak motivasi intrinsik.
Pendapat tersebut menjelaskan
bahwa jika aspek informasi lebih dominan dibandingkan dengan aspek pengendalian,
umpan balik positif akan memberi pengaruh terhadap persepsi dan penampilan
atlet yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap motivasi intrinsik.
Sedangkan jika aspek pengendalian yang dominan, umpan balik positif akan
mengikis terhadap motifasi intrinsic
Beberapa review mengenai dampak
pemberian pujian secara berlebian, Henderlong dan Lepper (2002) menjelaskan
bahwa umpan balik positif bisa saja memilki efek negatif terhadap motivasi
intrinsik, terlalu banyak tujuan pada fitur performa yang tidak bisa diatur,
atau memiliki ekspektasi pada fitur performa yang tidak bisa diatur, atau
memiliki ekspektasi yang rendah atau tidak realistis. Pendapat tersebut
menegaskan bahwa umpan balik positif mempunyai dampak negatif terhadap
motivasi intrinsik selama umpan balik tersebut tidak dikendalikan sehingga
berdampak pada penampilan dan harapan atlet yang tidak realistik. Beberapa
hasil penelitiantersebut dapat dipertegas dengan hasil penelitian
Valerrand (2003) yaitu umpan balik positif akan memfasilitasi motivasi
intrinsik atlet apabila :
1.
Mengarah pada persepsi
otonomi dan kompetinsi.
2.
Tingkah laku target di
bawah pengawasan atlet, dan
3.
Memiliki ekspektasi
tinggi tapi tidak realistis.
Umpan balik yang positif diberikan
dalam bentuk menggunakan kata-kata bagus, menyenangkan, pintar, menarik dan
hebat, akan memberikan dampak positif terhadap penampilan atlit . hal ini
merupakan faktor penting untuk membentuk motivasi intrinsik. Hasi penelitian
menunjukan bahwa memberikan umpan balik secara verbal yang disampaikan
merupakan moderator penting terhadap efek motivasi intrinsik (Henderlong dan
lepper,2002). Hasil penelitian tersebut mengandung makna bahwa umpan balik yang
bersifat vebal memberikan pengaruh terhadap motivasi intrinsik
atlet.
E.
Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Herzberg mengembangkan
teori hierarki kebutuhan Maslow menjadi dua faktor tentang motivasi. Dua faktor
itu dinamakan sebagai berikut:
1. Faktor Pemuas (motivation factor)
Faktor ini disebut dengan satisfier atau intrinsic motivation yang berarti bersumber dari dalam diri
seseorang. Faktor ini juga sebagai pendorong seseorang untuk berprestasi yang
bersumber dari dalam diri seseorang tersebut (kondisi intrinsik) antara lain
seperti :
a.
Prestasi yang diraih
(achievement)
Merupakan daya penggerak yang
memotivasi semangat kerja seseorang, karena ini akan mendorong seseorang untuk
mengembangkan kreativitas dan mengarahkan semua kemampuan serta energi yang
dimilikinya demi mencapai prestasi tinggi, asalkan diberikan kesempatan.
b.
Tanggung jawab
(responbility)
Merupakan daya penggerak yang
memotivasi sehingga bekerja hati-hati untuk bisa menghasilkan produk dengan
kualitas istimewa.
c.
Kepuasan kerja itu
sendiri (the work it self)
Merupakan teori yang disebut teori
tingkat persamaan kepuasan (the stady-state theory ofjob statisfation)
mengemukakan bahwa kepribadian merupakan salah satu faktor penentu stabilitas
kepuasan kerja.
2. Faktor Pemelihara (maintenance
factor)
Faktor ini disebut dengan disatisfier atau extrinsic motivation. Faktor ini juga disebut dengan hygene factor
merupakan faktor-faktor yang sifatnya eksintrik yang berarti bersumber dari
luar diri seseorang.
Misalnya dari organisasi, tetapi
turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan kekaryaannya, faktor yang
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan untuk memelihara keberadaaan karyawan
sebagai manusia, pemeliharaan ketentraman dan kesehatan. Dan juga faktor ini
disebut dissatisfier (sumber ketidakpuasan) yang dikualifikasikan kedalam
faktor ekstrinsik yang meliputi sebagai berikut :
a.
Keamanan dan
keselamatan kerja
Keamanan dan keselamatan kerja adalah
suatu perlindungan yang diberikan organisasi terhadap jaminan keamanan akan
keselamatan dirinya dalam bekerja.
b.
Kondisi kerja
Kondisi kerja adalah suatu keadaan di
mana karyawan mengharapkan kondisi kerja yang kondusif sehingga dapat bekerja
dengan baik.
c.
Hubungan interpersonal
diantara teman sejawat, dengan atasan, dan dengan bawahan.
Bagian ini merupakan kebutuhan untuk
dihargai dan menghargai dalam organisasi sehingga tercipta kondisi kerja yang
harmonis.
Menurut
Chatab (2007 : 116), faktor motivasi terdiri dari seperti berikut :
a)
Hasil kerja,
keberhasilan atau prestasi
b)
Pengakuan atau
penghargaan
c)
Pekerjaan yang penuh
tantangan
d)
Tanggung jawab yang
lebih besar
e)
Kemajuan dan pertumbuhan
F.
Strategi Meningkatkan Motivasi
Penerapan motivasi merupakan
pekerjaan pelatih dan atlet dalam situasi yang spesifk. Banyak pelatih yang
mengatakan bahwa motivasi atlet itu harus nampak dalam tanggung jawab stelah
atlet tersebut mempelajari berbagai keterampilan dalam olahraga. Pelatih harus
memiliki kemampuan untuk memotivasi atlet, agar atlet tertarik untuk berlatih
yang selanjutnya mampu menerapkan hasil latihan dalam situasi kompetisi yang
sangat kritis.
Strategi yang dapat digunakan
pelatih untuk meningkatkan motivasi atlet. Brewer (2009: 8) menjelaskan sebagai
berikut.
1.
Tetapkan Tujuan
Goal-setting merupakan prosedur
untuk menetapkan tujuan, baik tujuan jangka pendek, menengah, sampai pada
tujuan jangka panjang. Goal-setting bertujuan untuk memotivasi atlet
supaya lebih produktif dalam menampilkan performa.
2. Berikan Penguatan atau Umpan Balik
Menurut teori operant
conditioning, perilaku bisa dipengaruhi dan dikendalikan dengan serangkaian
manipulasi. Kapan penguatan dan umpan balik itu diberikan oleh pelatih? Tatkala
atlet melakukan perilaku positif maupun negatif. Penguatan atau umpan balik
bisa bersifat umum apabila merujuk pada gerakan umum. Umpan balik sering
digunakan pelatih untuk mendorong atlet untuk terus berlatih. Kata-kata yang
terucap seperti “bagus”, “waww”, “hebat:, “mantap”, “mengagumkan”, adalah
beberapa contoh dari umpan balik secara umum. Kaya-kata tersebut tidak memberi
informasi spesifik untuk meningkatkan keterampilannya, tetapi dapat memilihara
dan meningkatkan lingkungan latihan yang positif bagi atlet.
Selanjutnya penguatan atau umpan
balik yang bersifat spesifik apabila berisikan informasi spesifik yang
menyebabkan atlet mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan mengetahui
bagaimana seharusnya mereka berlatih. Umpan balik ini diberikan manakala atlet
menyadari bahwa dirinya melakukan kesalahan, tetapi tidak tahu bagaimana cara
memperbaikinya . misalnya atlet tidak tahu bahwa bola yang dipukulnya sering
tidak mengenai sasaran, tetapi atlet tidak tahu cara memprbaikinya supaya bola
kena sasaran. Umpan balik spesifik misalnya “sekarang lihatlah apakah anda
sudah membengkokkan lutut dan pergelangan kaki, yakini bahwa bahu kiri anda
menghadap ke sasaran, bagus anda menekuk lutut dan pergelangan kaki dengan
baik.”
3. Ciptakan Situasi yang Menyenangkan
Segala kegiatan yang dilakukan
oleh atlet harus didasari oleh kesenangan. Atlet harus senang melakukan
aktifitas rutin yang menjadi tanggung jawabnya. Aktifitas yang dilakukannya
tidak didorong oleh paksaan orang lain.
Srategi lain untuk meningkatkan
motivasi, diantaranya sebagai berikut:
1.
Motivasi
Verbal
Motivasi verbal
adalah motivasi dengan kata-kata atau ucapan, bicara, atau berdiskusi. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam melakukan motivasi verbal: (1) memberi pujian;
(2) memberi koreksi dan sugesti; (3) menjelaskan peranan dalam tim agar anak
didik/atlet lebih bangga dan bertanggung jawab, dan (4) memberi petunjuk.
Misalnya pada saaat mengajarkan permainan voli, ada anak yang putus asa karena
tidak bisa melakukan servis. Guru penjas
memberikan motivasi denagn berkata: “ayo semangat, kamu pasti bisa”, atau
contoh lainnya pada saat sesi latihan pelatih mengatakan: “Bagus, good job, nice”, kepada atletnya karena sudah berhasil
menembak dan menghasilkan poin.
2.
Motivasi Behavioral
Keberhasilan atlet dalam latihan maupun dalam pertandingan
menuntut sikap tertentu, seperti jujur, sportif, tekun, kreatif, dinamis, dan
dedikasi yang tinggi terhadap tugas-tugas dan latihan. Agar dapat di wujudkan
menjadi tingkah laku atlet, maka pelath harus memperagakan sikap-sikap tersebut
dalam tingkah laku sehari-hari.
Teknik ini menekankan relasi antara pelatih dan atlet. Peltih hendaknya berlaku
sebagai bapak terhadap anak-anaknya, pada saat-saat tertentu berlaku sebagai
pemimpin tehadap anggota dan sebagai guru terhadap muridnya.
3.
Motivasi Intensif (Bonus) dan Ganjaran
Teknik imotivasi
ini dengan cara memberiokan bonus, yang bertujuan menambah semnagat
belajar/berlatih untuk berprestasi. Misalnya pelatih berjanji kepada atletnya
apabila menang dalam pertandingan akan diberikan bonus berupa uang. Akan
tetapi, motivasi hendaknya diberikan
dalam situasi yang tepat jang an berlebihan karena akan menjadi kurang baik dan
berdampak ngatif sehingga atlet bersikap kurang wajar
4.
Motivasi Visualisas
Teknik motivasi
ini bertujuan untuk mempercepat proses belajar/latihan dengan membangkitkan
semangat anak didik/atlet. Caranya dengan menyuruh atlet untuk melihat ,
memperhatikan dan membayangkan seksama suatu pola gerakan kemudian
mengingat-ingat gerakan tersebut. Contohnya, seorang anak yang membayangkan
teknik lay up, dalm olahraga basket
yang baru saja dijelaskan oleh pelatihnya, anak tersebut membayangkan dengan slow motion.
5.
Supertisi
Supertisi adalah
kepercayaan akan sesuatu yang secara logis atau ilmiah kurang diterima, namun
di anggap membawa keberuntungan dalam bertanding atau kopentisi. Contoh bagi
pemain bola, sepatu bola yang harus dipakai mulai kaki kanan, masuk
pertandingan harus melangkah kaki kanan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
Motivasi adalah sebuah dorongan atau alasan yang mendasari
semangat dalam melakukan sesuatu, menurut Reeve
(2000); Apruebo(2005:53) motivasi berprestasi merupakan keinginan untuk
menyelesaikan dan menguasai sesuatu orang, ide, atau standar baru.
·
Ada 4 teori motivasi, yakni Teori Hedonisme, Teori Naluri, Teori Kebudayaan,
dan Teori Kebutuhan.
·
Motivasi mempunyai 2
fungsi yaitu fungsi intrinsik dan ekstrinsik.
·
Umpan balik memberikan
reaksi dari apa yang telah dilakukan oleh atlet yang kemudian dijadikan
acuan untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik. Dengan adanya umpan
balik dalam proses latihan atlit menjadi lebih semangat dan bergairah untuk
berlatih karna atlet dapat mengetahui hasil dari latihannya sehingga dapat
meningkatkan menjadi lebih baik lagi.
·
Menurut Herzberg
mengembangkan teori hierarki kebutuhan Maslow menjadi dua faktor yang memopengaruhi motivasi yaitu faktor pemuas (motivation
factor)
faktor pemelihara (maintenance
factor)
·
Strategi yang dapat
digunakan pelatih untuk meningkatkan motivasi atlet. Brewer (2009:8) sebagai
berikut tetapkan tujuan,
berikan penguatan atau umpan balik dan ciptakan suasana yang menyenangkan.
B.
Saran
Dari uraian kesimpulan diatas, maka kami
penulis memberikan saran semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
setiap pembaca dalam proses pembelajaran ataupun penambahan wawasan dalam ilmu
pengetahuan. Umumnya dibidang psikologi olahraga dan khususnya dalam materi
motivasi dalam olahraga.
DAFTAR PUSTAKA
Budywib. 2013. “Motivasi Dalam Olahraga” http://mzmbud.blogspot.com/2013/09/motivasi-dalam-olahraga.html, diakses pada 22 September 2018.
Gunturutomo. 2009. “Menggugah Motivasi Atlet” https://psikologiolahraga.wordpress.com/2009/01/08/menggugah-motivasi-atlet/, diakses pada 22 Sepdember 2018.
Mylsidayu, Apta. 2014. “Psikologi
Olahraga”. Jakarta. Pt. Bumi Aksara.
Rahayu. 2017. ”Pengertian Motivasi Berprestasi Serta Ciri
dan Faktornya”, http://seputarpengertian.blogspot.com/2017/03/pengertian-motivasi-berprestasi-serta-ciri-faktornya.html, diakses pada 22 September 2018.
BIODATA
PENULIS
Ikram Abi Rafdi (Ikram) asal dari
Maros.
Lahir pada tanggal 5 Mei 1998. Nim: 1631041025, Wa: 089516069013, Email:
Ikramabi05@gmail.com.
Riwayat pendidikan SDN 49 Inpres Sanggalea pada tahun 2004 dan
tamat tahun 2010. Kemudian melanjutkan pendidikan pada SMPN 2 Maros pada tahun
2010 dan tamat 2013. Setelah tamat dari Sekolah Menengah Pertama, penulis
melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Maros dan menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun
2016. Sekarang penulis sedang berkuliah
di Universitas Negeri Makassar jurusan
Penjaskesrek dan sedang berjalan 5 semester.
Riwayat pendidikan SDN 124
Inpres Allaere pada tahun 2004 dan tamat tahun 2010.
Kemudian melanjutkan pendidikan pada SMP PGRI 5 Maros
pada tahun 2010 dan tamat 2013. Setelah tamat dari Sekolah Menengah Pertama,
penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 5 Tanralili
dan menyelesaikan
pendidikan SMA pada tahun 2016. Sekarang penulis sedang berkuliah
di Universitas Negeri Makassar jurusan
Penjaskesrek dan sedang berjalan 5 semester
Nuraeni (Neni) asal dari
Makassar.
Lahir pada tanggal 2 Juli 1997. Nim: 1631041026, Wa: 082363220188, Email: Nuraenihazairin8@gmail.com.
Riwayat pendidikan SD Inpres Maccini Sombala 1 pada tahun 2004 dan tamat tahun 2010.
Kemudian melanjutkan pendidikan pada SMP Negeri 18 Makassar pada tahun 2010 dan tamat 2013. Setelah tamat dari Sekolah
Menengah Pertama, penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 11 Makassar dan menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 2016. Sekarang penulis sedang berkuliah di Universitas Negeri Makassar jurusan
Penjaskesrek dan sedang berjalan 5 semester.
Haerul Hidayat (Haerul) asal dari Bulukumba. Lahir pada tanggal 7 Agustus 1999. Nim: 1631041024, Wa: 085240282560.
Riwayat pendidikan SDN 148 Bonto Bulaeng pada tahun 2004 dan tamat tahun 2010. Kemudian melanjutkan
pendidikan pada SMP Negeri 30 Bulukumba pada
tahun 2010 dan tamat 2013. Setelah tamat dari Sekolah Menengah Pertama, penulis
melanjutkan pendidikan di SMAN 4 Bulukumba
dan menyelesaikan
pendidikan SMA pada tahun 2016. Sekarang penulis sedang berkuliah
di Universitas Negeri Makassar jurusan
Penjaskesrek dan sedang berjalan 5 semester.
Muh. Rizal Simal (Rizal) asal dari Buton. Lahir pada tanggal 7 Januari 1997. Nim:
1531041093, Wa: 085399869676, Email: simalrizhalk@gmail.com.
Riwayat pendidikan SDN 1 Biwinapada pada
tahun 2003 dan tamat tahun 2009. Kemudian melanjutkan
pendidikan pada SMP Negeri 2 Siompu pada tahun 2009 dan
tamat 2012. Setelah tamat dari Sekolah Menengah
Pertama, penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 4 Bau-bau
dan menyelesaikan
pendidikan SMA pada tahun 2015. Sekarang penulis sedang berkuliah
di Universitas Negeri Makassar jurusan
Penjaskesrek dan sedang berjalan 7 semester.
BERITA ACARA
Moderator: Ikram Abi Rafdi
Notulen: Haerul Hidayat
Pemateri: Nuraeni
Pada hari Rabu Tanggal 7 November 2018
Pukul 09.10 s.d 10.30 WITA bertempat di Ruangan Kelas Fakultas Ilmu
Keolahragaan UNM telah dilaksanakan Diskusi Kelompok 1 Pada Mata Kuliah
Psikologi Olahraga yang betemakan “Motivasi Dalam Olahraga” dengan hasil
sebagai berikut:
NO.
|
Kegiatan
|
Nama Audience
|
Pertanyaan
|
1
|
Diskusi
Sesi 1
|
Hendra Pjkr E
|
Jelaskan yang dimaksud penguatan dengan umpan balik!
|
2
|
Asrul Sani Pjkr D
|
Motivasi apa yang harus diberikan untuk seorang
individu yang mempunyai bakat, tapi sulit untuk dikeluarkan?
|
|
3
|
Azhari Pjkr D
|
Motivasi apa yang harus diberikan kepada atlet sehingga
tertanam mental juara didalam dirinya ketika latihan?
|
|
4
|
Diskusi
Sesi 2
|
Dion Pjkr D
|
Bagaimana cara membangun mental atlet yang sudah patah
semangat?
|
5
|
Harianto Pjkr E
|
Contoh motivasi ekstrinsik dan instrinsik
|
|
6
|
Masna Pjkr D
|
Jelaskan strategi yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan olahraga prestasi.
|
Adapun Peserta Yang aktif dalam berdiskusi:
1.
Syaiful
Alamsyah PJKR D (Penjawab Pertanyaan)
2.
Udar
PJKR E (Penjawab Pertanyaan)
3.
Anis
Nazal PJKR E (Penjawab Pertanyaan)
4.
Dhirman
PJKR E (Sanggahan)
5.
Rizal
Simal (Penjawab Pertanyaan)
Komentar
Posting Komentar