MOTIVASI DALAM OLAHRAGA

MOTIVASI DALAM OLAHRAGA


OLEH:
KELOMPOK 1

MUH RIZAL SIMAL
HAERUL HIDAYAT
IKRAM ABI RAFDI
NURAENI
SYAIFUL ALAMSYAH





FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2018/2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “MOTIVASI DALAM OLAHRAGA“.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.




                                                                     Makassar, 22 September 2018



                                                                                        Penyusun


                                                                                          





DAFTAR ISI






BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Karakteristik pelatih dan atlit yang baik adalah mereka memiliki motivasi yang baik. Dengan adanya motivasi yang baik dapat memungkinkan para atlit bekerja dengan baik. Tercapai suatu keberhasilan karna adanya dorongan keterampilan dan motivasi dari diri atlit.
Dengan adanya Motivasi berlatih dalam diri atlit akan merubahnya menjadi kepribadian yang berkomitmen dalam mencari kesempurnaan berlatih untuk tujuan yang diinginkan. Dengan demikian , motivasi baik internal maupun eksternal sangat berpengaruh dalam upaya meningkatkan kinerja berlatih sehingga kemampuan terbaik dalam prestasi olahraga didapatkan. Pelatih dan atlit penting memahami apa manfaat dari motivasi, baik motivasi internal dan motivasi eksternal. Weinberg; (2009:7) menjelaskan bahwa motivasi itu dapat meningkatkan kegigihan, intensitas, usaha, tujuan dan tekad. Prestasi didapatkan dengan adanya motivasi.
Motif merupakan sumber penggerak dan pendorong yang berasal dari dalam untuk membantu dirinya bekerja semaksimal mungkin dalam merubah nasibnya. Motivasi merupakan keterampilan mental yang bersifat mendasar yang perlu dimiliki atlit. karna motivasi bersifat mendorong dan penggerak suatu usaha dari atlit. Oleh karna itu motivasi yang bagus dan baik harus dimiliki oleh atlit adalah motivasi berprestasi sebab dengan adanya motivasi berprestasi dapat mengacu pada keunggulan diri sendiri, keunggulan orang lain dan bahkan dalam mencapai kesempurnaan dalam menjalankan tugas latihan maupun kompetisi.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:


1.      Pengertian Motivasi dan Motivasi Berprestasi?
2.      Apa saja teori motivasi?
3.      Apakah fungsi dari motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik?
4.      Bagaimana peran feedback dalam  meningkatkan motivasi?
5.      Apa saja faktor yang memepengaruhi motivasi?
6.      Bagaimanakah strategi yang baik dalam meningkatkan motivasi.

C.      Tujuan Penulisan
1.        Untuk mengetahui pengertian Motivasi dan Motivasi Berprestasi
2.        Untuk mengetahui teori motivasi
3.        Untuk mengetahui fungsi dan motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik
4.        Untuk mengetahui peran feedback dalam meningkatkan motivasi
5.        Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi motivasi
6.        Untuk mengetahui strategi yang baik dalam meningkatkan motivasi

D.      Manfaat Penulisan
1.      Dapat memberikan motivasi kepada        siswa / atlet dalam menghadapi penurunan performa.
2.      Memanfaatkan ilmu psikologi menjadi ilmu yang berguna untuk kehidupan sehari – hari.
3.      Memberikan pengetahuan lebih kepada masyarakat luas tentang motivasi dalam olahraga.






BAB II
PEMBAHASAN


A.      Pengertian Motivasi dan Motivasi Berprestasi
1.    Pengertian Motivasi
Definisi motivasi adalah sebuah dorongan atau alasan yang mendasari semangat dalam melakukan sesuatu. Motivasi adalah hal-hal yang menimbulkan dorongan, dan motivasi kerja adalah pendorong semangat yang menimbulkan suatu dorongan. Pemberian motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai prestasi kerja yang tinggi.
Didalam buku Thoha (2004:206) mengatakan bahwa perilaku manusia itu hakekatnya adalah berorientasi pada tujuan dengan kata lain bahwa perilaku seseorang itu pada umumnya di rangsang oleh keinginan untuk mencapai beberapa tujuan. Motivasi, kadang-kadang istilah ini dipakai silih berganti dengan istilah-istilah lainnya, seperti misalnya kebutuhan, keinginan, dorongan, semangat atau impuls.
Teori motivasi menurut Robbin (2003:208) yang mengatakan bahwa suatu proses yang menghasilkan suatu intensitas, arah dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai satu tujuan. Sementara motivasi umum bersangkutan dengan upaya ke arah setiap tujuan. Motivasi adalah konsep yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri setiap individu untuk memulai dan mengarahkan perilaku. Konsep ini digunakan untuk menjelaskan perbedaaan-perbedaan dalam intensitas perilaku dimana perilaku yang bersemangat adalah hasil dari tingkat motivasi yang kuat. Selain itu konsep motivasi digunakan untuk menunjukkan arah perilaku. Kemudian menurut Nimran (2005:47) mendefinisikan motivasi adalah sebagai keadaan dimana usaha dan


kemauan keras seseorang diarahkan kepada pencapaian hasil-hasil tertentu. Hasil-hasil yang dimaksud bisa berupa:
a.       Produktivitas
b.      Kehadiran atau Prilaku kerja kreatifnya.
Sedangkan menurut Adair (2007:192) Motivasi adalah apa yang membuat orang melakukan sesuatu, tetapi arti yang lebih penting dari kata ini adalah bahwa motivasi adalah apa yang membuat orang benar-benar berusaha dan mengeluarkan energi demi apa yang mereka lakukan. Definisi yang sederhana dari kata ‘mmotivasi’ mungkin "membuat orang mengerjakan apa yang harus dikerjakan dengan rela dan baik".
2.    Pengertian Motivasi Berprestasi
Motivasi yang harus dimiliki oleh setiap atlet yaitu motivasi berpretasi. Motivasi berprestasi disebut juga dengan istilah N.Ach (Need for Achievment). Reeve (2000); Apruebo(2005:53) motivasi berprestasi merupakan keinginan untuk menyelesaikan dan menguasai sesuatu orang, ide, atau standar baru. Motivasi berprestasi akan memberikan kesempatan kepada atlet untuk mencapai sesuatu dengan sempurna, meningkatkan kebugaran pada tingkatan tertinggi, dan berlatih secara maksimal. Dengan kata lain motivasi berprestasi, motivasi berprestasi dalam olahraga sama dengan istilah “competitiveness”. Motivasi berprestasi pada hakikatnya merupakan keinginan, hasrat, kemauan dan mendorong untuk dapat unggul yaitu mengungguli prestasi yang pernah dicapainya sendiri atau prestasi yang pernah dicapai oleh orang lain. Motivasi berprestasi merupakan dorongan untuk berpacu dengan keunggulan, baik keunggulannya dirinya sendiri, keunggulan orang lain, atau kesempurnaan dalam melakukan tugas tertentu.
Menurut Heckhausen pengertian motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan. Menurutnya ada tiga komponen dari standar keunggulan yang antara lain adalah:
1.      Standar keunggulan tugas (berhubungan dengan pencapaian tugas sebaik-baiknya),
2.      Standar keunggulan diri (berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi yang pernah dicapai selama ini) dan
3.      Standar keunggulan siswa lain (berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi yang dicapai oleh siswa lain).
Menurut McClelland pengertian motivasi berprestasi adalah sebagai kompetisi dengan standar keunggulan. Dengan demikian motivasi berprestasi ditandai oleh keinginan untuk mencapai standar keunggulan yang tinggi dan untuk mencapai tujuan yang unik. Motivasi berprestasi dapat dianggap sebagai disposisi untuk mendekati keberhasilan atau kapasitas untuk mendapatkan kebanggaan dalam pemenuhan ketika kesuksesan dicapai dalam suatu kegiatan.
Apabila disimpulkan pengertian motivasi berprestasi adalah merupakan suatu keinginan yang mendorong individu untuk mencapai sukses dan mencapai standar keunggulan.

B.       Teori Motivasi
Ada beberapa teori motivasi yang cukup menarik untuk di bicarakan, yakni Teori Hedonisme, Teori Naluri, Teori Kebudayaan, dan Teori Kebutuhan.
1.  Teori Hedonisme
Teori ini mengatakan bahwa pada hakekatnya manusia akan memilih aktivitas yang menyebabkannya merasa gembira dan senang. Begitu pula dalam olahraga, orang hanya akan memilih aktivitas yang menarik dan menguntungkan dirinya dan akan mengesampingkan yang tidak menarik. Oleh sebab itu, pelatih harus mempersiapkan dan membantu setiap atlet untuk memperbesar apa yang memberi nilai tambah yang dicarinya pada saat itu dan memperkecil apa saja yang dapat menumbuhkan ketidaksenangan dalam aktivitas itu.
2.  Teori Naluri
Teori ini menghubungkan kelakuan manusia dengan macam-macam naluri, seperti naluri mempertahankan diri, mangembangkan diri dan mengembangkan jenis. Kebiasaan, tindakan dan tingkahlakunya digerakkan oleh naluri tersebut. Untuk itu guru, pelatih dan pembina dalam proses belajar atau latihan perlu memperhatikan naluri – naluri individu, dan mendeteksi naluri yang dominan pada setiap individu.
3.  Teori Kebudayaan
Teori ini menghubungkan tingkahlaku manusia berdasarkan pola kebudayaan tempat ia berada. Bertolak dari teori ini, maka para pelatih dan pembina perlu mengetahui latarbelakang kehidupan dan kebudayaan setiap atlet, agar kegiatan olahraga yang dilaksanakannya tidak dirasakan baru atau asing, melainkan sebagai bagian hidup dan pola kebudayaanya.
4.  Teori Kebutuhan
Teori ini beranggapan bahwa tingkahlaku manusia pada hakekatnya bertujuan memenuhi Kebutuhannya. Sehubungan dengan pandangan ini, maka pelatih atau pembina hendaknya dapat mendeteksi kebutuhan yang domina setiap individu.

C.      Fungsi Motivasi dalam Olahraga
Banyak atlet yang mencurahkan perhatian dan kesenangan pada olahraga yang mereka geluti, bahkan tidak sedikit dari mereka atlet tidak sadar bahwa mereka bisa menghabiskan hampir separuh waktu yang hanya ada 24 jam dalam sehari hanya untuk berlatih. Atlet tersebut melakukan dengan senang hati karena mereka memiliki semangat yang luar biasa, sensasi yang kuat dan merasa termotivasi dalam aktivitas tersebut. Motivasi itu sendiri mempunyai 2 fungsi yaitu fungsi intrinsik dan ekstrinsik.
1.      Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik sangat menentukan atlet dalam memutuskan dirinya untuk terus berpasrtisipasi dalam olahraga yang digelutinya. Bagi atlet yang memiliki motivasi intrinsik adalah mereka yang melakukan aktivitas olahraga tersebut dengan sukarela, perasaan senang dan merasa puas dengan olahraga yang digelutinya. Untuk mendukung pernyataan tersebut, para ahli seperti Lepper et al., (19730; Deci (1975); dalam vallerand et al., (2003: 2) menjelaskan bahwa motivasi intrinsik mengacu pada mengerjakan sesuatu untuk kepuasan sendiri berkaitan dengan merasa terlibatnya dalam kegiatan tersebut.
Motivasi intrinsik merujuk pada kegiatan yang dilakukan dengan penuh rasa senang dan kepuasan. Seseorang akan termotivasi secara intrinsik untuk terlibat dalam sebuah aktivitas ketika mereka merasa nyaman dan ingin kompeten (Arshel 1990: 107). Hal yang sama juga dijelaskan oleh Vallerand dan Rousseau (2011: 1) bahwa motivasi intrinsik memiliki keterkaitan dengan perasaan nyaman serta senang dalam olahraga yang rmerupakan faktor penting daripada performa olahraga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa atlet yang memiliki yang motivasi intrinsik dan self-determinasi selalu memiliki investasi usaha yang lebih (Pellettier, et al., (1995); Williamsdan Gill(1995); Li (1995) menjelaskan atlet memiliki konsentrasi yang tinggi. Briere , et al., (1995); Pelletier, at al., (2001); (2003); Sarrazin, et al., (2001) menjelaskan atlet yang memiliki motivasi intrinsik penampilannya lebih baik daripada atlet yang tidak memiliki self-determinasi (Beauchamp, et al., (1996). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa atlet yang memiliki motivasi intrinsik dan self-determinasi cendurung memiliki usaha yang baik, konsentrasi yang tinggi, penampilannya lebih baik dibandingkan dengan atlet yang tidak  memiliki self-determined.
Selanjutnya, Harsono (1988: 251) mejelaskan bahwa motivasi intrinsik berfungsi karena adanya dorongan-dorongan  yang berasal dari dalam diri setiap individu. Atlet berusaha meningkatkan kemampuan berlatihnya dan kemampuan keterampilannya karena hal tersebut akan memberikan kepuasan tersendiri bagi diri seorang atlet. Atlet tidak peduli apakah dengan prestasi yang diraih mereka akan mendapatkan medali, hadiah atau pun berupa uang tapi yang terpenting bagi mereka adalah kepuasan tersendiri dengan apa yang telah dicapai. Atlet dengan motivasi intrinsik adalah mereka yang tekun bekerja keras, teratur dan disiplin dalam melaksanakan latihan  serta tidak menggantungkan dirinya kepada orang lain , mempunyai kepribadian yang matang, percaya diri dan disiplin yang matang.
Aktivitas yang terpondasi baik dengan motivasi intrinsik akan bertahan lebih lama apabila dibandingkan dengan motivasi lainnya. Penelitian Arshel (1990:107) menunujukkan bahwa prilaku yang didasari dengan motivasi intrinsik akan bertahan lebih lama, lebih mnyenangkan, dan lebih meningkatkan gambaran diri ketimbang aktivitas yang didasari dengan motivasi ekstrinsik. Oleh karena itu dapat disimpulkan motivasi intrinsik harus ditumbuhkan pada setiap individu atlet, karena perilaku atlet yang didasari oleh motivasi intrinsik cendurung akan lebih bertahan lama, lebih gigih dalam berlatih, lebih disiplin dan relatif lebih menetap dari pada motivasi yang bersifat ekstrinsik.
2.      Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik sangatlah berbanding terbalik dengan motivasi intrinsik, yaitu motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang timbul karena adanya faktor yang mempengaruhi dari luar diri sesorang. Atlet berpartisipasi dalam aktivitas olahraga tidak dilandasi dengan kesenangan dan kepuasan, melainkan keikutsertaan atlet dalam aktivitas tersebut karena adanya keinginan untuk memperoleh sesuatu seperti bonus atau adanya tekanan. Semakin besar motivasi ekstrinsik yang dimiliki oleh seorang atlet maka semakin melemah kualitas motivasi intrinsik yang dimiliki oleh seorang atlet tersebut. Belum lagi permasalahan bonus yang kerap terjadi antara atlet dan pengurus sehingga merusak komitmen atlet. Untuk mendukung peryataan tersebut, para ahli seperti Deci (1975); Anshel (1990:107) menjelaskan bahwa keinginan untuk melakukan sesuatu karena antisipasi dari faktor eksternal seperti uang atau tropi.
Motivasi intrinsik merupakan keinginan untuk menampilkan suatu aktivitas karena adanya penghargaan dari luar dirinya. Dengan demikian, motivasi ekstrinsik akan berfungsi manakala ada ransangan dari luar diri seseorang. Misalnya seseorang terdorong untuk berusaha atau berprestasi sebaik-baiknya disebabkan karena menariknya hadiah yang dijanjikan, perlawatan keluar negeri, akan dipuja orang, menjadi berita di koran-koran dan TV, dan ingin mendapatkan status di masyarakat.

D.      Umpan Balik Untuk Meningkatkan Motivasi
Umpan balik dalam peroses latihan memegang peranan penting  untuk meningkatkan kemampuan atlet, umpan balik diartikan sebagai informasi yang diterima oleh siswa mengenai performannya (Rink, 2002: 166). Menurut Siedentop (1991: 9), umpan balik yaitu sebagai informasi mengenai sebuah respon yang digunakan untuk memperbaki respons berikutnya.  Pendapat tersebut memiliki makna bahwa umpan balik itu memberikan reaksi dari apa yang telah dilakukan oleh atlet yang kemudian dijadikan  acuan untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik. Dengan adanya umpan balik dalam proses latihan atlit menjadi lebih semangat dan bergairah untuk berlatih karna atlet dapat mengetahui hasil dari latihannya sehingga dapat meningkatkan menjadi lebih baik lagi.
Terkait dengan masalah tersebut, Agung (2010: 47-48) menjelaskan bahwa melalui prinsip balikan di upayakan dan dipastikan atlet akan sunggu-sungguh menerima materi yang disampaikan dan memperoleh hasil yang baik. Perolehan hasil itu akan mendorong atlet untuk lebih giat berlatih dan berprestasi lebih baik lagi. Karena  hasil terbaik yang diproleh atlet menjadi  operant conditioning (penguatan positif) sebaliknya, bagi atlet yang memperoleh hasil jelek akan merasa cemas dan takut, misalnya takut kalah dalam pertandingan, takut tidak terpilih menjadi anggota tim, sehingga atlet tersebut akan berlatih atau bertanding  lebih giat lagi. Oleh karena itu pelatih mempunyai peranan dan fungsi amat penting dalam menerapkan prinsip umpan balik untuk mendorong atletnya terus berlatih agar dapat mencapai prestasi terbaiknya. Rink (2002: 166) menjelaskan bahwa, umpan balik akan memelihara perhatian siswa pada tugas-tugas belajar dan termotivasi  untuk merespons dan memonitornya. Dalam konteks pelatihan olahraga pendapat tersebut menekankan bahwa umpan balik pelatih akan memelihara perhatian atlet pada tugas-tugas latihan dan memberikan motivasi serta memonitor respons atlet untuk terus berlatih.
Terkait dengan masalah tersebut, Agung (2010:47-48) menjelaskan bahwa melalui prinsip balikan di upayakan dan dipastikan atlet akan sunggu-sungguh menerima materi yang disampaikan dan memperoleh hasil yang baik. Perolehan hasil itu akan mendorong atlet untuk lebih giat berlatih dan berprestasi lebih baik lagi. Karena  hasil terbaik yang diproleh atlet menjadi  operant conditioning (penguatan positif) sebaliknya, bagi atlet yang memperoleh hasil jelek akan merasa cemas dan takut, misalnya takut kalah dalam pertandingan, takut tidak terpilih menjadi anggota tim, sehingga atlet tersebut akan berlatih atau bertanding  lebih giat lagi. Oleh karena itu pelatih mempunyai peranan dan fungsi amat penting dalam menerapkan prinsip umpan balik untuk mendorong atletnya terus berlatih agar dapat mencapai prestasi terbaiknya. Rink (2002: 166) menjelaskan bahwa, umpan balik akan memelihara perhatian siswa pada tugas-tugas belajar dan termotivasi  untuk merespons dan memonitornya. Dalam konteks pelatihan olahraga pendapat tersebut menekankan bahwa umpan balik pelatih akan memelihara perhatian atlet pada tugas-tugas latihan dan memberikan motivasi serta memonitor respons atlet untuk terus berlatih.
Pemberian umpan balik yang positif akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan motivasi intrinsik dan penampilan atlet. Umpan balik positif  dibagi menjadi dua fungsi, yaitu fungsi informasi dan fungsi pengendalian (Ryan, 1982). Fungsi informasi yaitu memberikan informasi kepada atlet tentang kemampuannya, sedangkan funsi pengendalian yaitu untuk mendorong atlet mengendalikan perilakunya. Hal ini penting tatkala atlet sedang berada dalam laga tertentu yang menentukan supaya atlet lebih semangat dan selalu terkendali.
Hasil penelitian Fisher (1978) menunjukan bahwa ketika aspek informasi menonjol dan aspek kontroling tidak terlalu menonjol, unpan balik positif meningkatkan persepsi atlet terhadap kompetensi yang memiliki efek positif terhadap motivasi intrinsik atlet tersebut.  selanjutnya hasil penelitian Ryan, et al., (1999) menunjukan bahwa ketika aspek kontroling yang menonjol, maka umpan balik positif akan merusak motivasi intrinsik.
Pendapat tersebut menjelaskan bahwa jika aspek informasi lebih dominan  dibandingkan dengan aspek pengendalian, umpan balik positif akan memberi pengaruh terhadap persepsi dan penampilan atlet yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap motivasi intrinsik. Sedangkan jika aspek pengendalian yang dominan, umpan balik positif akan mengikis terhadap motifasi intrinsic
Beberapa review mengenai dampak pemberian pujian secara berlebian, Henderlong dan Lepper (2002) menjelaskan bahwa umpan balik positif bisa saja memilki efek negatif terhadap motivasi intrinsik, terlalu banyak tujuan pada fitur performa yang tidak bisa diatur, atau memiliki ekspektasi pada fitur performa yang tidak bisa diatur, atau memiliki ekspektasi  yang rendah atau tidak realistis. Pendapat tersebut menegaskan bahwa umpan balik positif  mempunyai dampak negatif terhadap motivasi intrinsik selama umpan balik tersebut tidak dikendalikan sehingga berdampak pada penampilan dan harapan atlet yang tidak realistik. Beberapa hasil penelitiantersebut dapat dipertegas dengan hasil penelitian  Valerrand (2003) yaitu umpan balik positif akan memfasilitasi motivasi intrinsik atlet apabila : 
1.    Mengarah pada persepsi otonomi dan kompetinsi.
2.    Tingkah laku target di bawah pengawasan atlet, dan
3.    Memiliki ekspektasi tinggi tapi tidak realistis.
Umpan balik yang positif diberikan dalam bentuk menggunakan kata-kata bagus, menyenangkan, pintar, menarik dan hebat, akan memberikan dampak positif  terhadap penampilan atlit . hal ini merupakan faktor penting untuk membentuk motivasi intrinsik. Hasi penelitian menunjukan bahwa memberikan umpan balik secara verbal yang disampaikan merupakan moderator penting terhadap efek motivasi intrinsik (Henderlong dan lepper,2002). Hasil penelitian tersebut mengandung makna bahwa umpan balik yang bersifat vebal  memberikan pengaruh terhadap motivasi  intrinsik atlet.

E.       Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Herzberg mengembangkan teori hierarki kebutuhan Maslow menjadi dua faktor tentang motivasi. Dua faktor itu dinamakan sebagai berikut:
1.      Faktor Pemuas (motivation factor)
Faktor ini disebut dengan satisfier atau intrinsic motivation yang berarti bersumber dari dalam diri seseorang. Faktor ini juga sebagai pendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri seseorang tersebut (kondisi intrinsik) antara lain seperti :
a.       Prestasi yang diraih (achievement)
Merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang, karena ini akan mendorong seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan mengarahkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi tinggi, asalkan diberikan kesempatan.
b.      Tanggung jawab (responbility)
Merupakan daya penggerak yang memotivasi sehingga bekerja hati-hati untuk bisa menghasilkan produk dengan kualitas istimewa.
c.       Kepuasan kerja itu sendiri (the work it self)
Merupakan teori yang disebut teori tingkat persamaan kepuasan (the stady-state theory ofjob statisfation) mengemukakan bahwa kepribadian merupakan salah satu faktor penentu stabilitas kepuasan kerja.
2.      Faktor Pemelihara (maintenance factor)
Faktor ini disebut dengan disatisfier atau extrinsic motivation. Faktor ini juga disebut dengan hygene factor merupakan faktor-faktor yang sifatnya eksintrik yang berarti bersumber dari luar diri seseorang.
Misalnya dari organisasi, tetapi turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan kekaryaannya, faktor yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan untuk memelihara keberadaaan karyawan sebagai manusia, pemeliharaan ketentraman dan kesehatan. Dan juga faktor ini disebut dissatisfier (sumber ketidakpuasan) yang dikualifikasikan kedalam faktor ekstrinsik yang meliputi sebagai berikut :
a.    Keamanan dan keselamatan kerja
        Keamanan dan keselamatan kerja adalah suatu perlindungan yang diberikan organisasi terhadap jaminan keamanan akan keselamatan dirinya dalam bekerja.
b.    Kondisi kerja
        Kondisi kerja adalah suatu keadaan di mana karyawan mengharapkan kondisi kerja yang kondusif sehingga dapat bekerja dengan baik.
c.    Hubungan interpersonal diantara teman sejawat, dengan atasan, dan dengan bawahan.
        Bagian ini merupakan kebutuhan untuk dihargai dan menghargai dalam organisasi sehingga tercipta kondisi kerja yang harmonis.
  Menurut Chatab (2007 : 116), faktor motivasi terdiri dari seperti berikut :
a)      Hasil kerja, keberhasilan atau prestasi
b)      Pengakuan atau penghargaan
c)      Pekerjaan yang penuh tantangan
d)     Tanggung jawab yang lebih besar
e)      Kemajuan dan pertumbuhan
F.       Strategi Meningkatkan Motivasi
Penerapan motivasi merupakan pekerjaan pelatih dan atlet dalam situasi yang spesifk. Banyak pelatih yang mengatakan bahwa motivasi atlet itu harus nampak dalam tanggung jawab stelah atlet tersebut mempelajari berbagai keterampilan dalam olahraga. Pelatih harus memiliki kemampuan untuk memotivasi atlet, agar atlet tertarik untuk berlatih yang selanjutnya mampu menerapkan hasil latihan dalam situasi kompetisi yang sangat kritis. 
Strategi yang dapat digunakan pelatih untuk meningkatkan motivasi atlet. Brewer (2009: 8) menjelaskan sebagai berikut.
1.      Tetapkan Tujuan
Goal-setting merupakan prosedur untuk menetapkan tujuan, baik tujuan jangka pendek, menengah, sampai pada tujuan jangka panjang.  Goal-setting bertujuan untuk memotivasi atlet supaya lebih produktif dalam menampilkan performa.
2.      Berikan Penguatan atau Umpan Balik
Menurut teori operant conditioning, perilaku bisa dipengaruhi dan dikendalikan dengan serangkaian manipulasi. Kapan penguatan dan umpan balik itu diberikan oleh pelatih? Tatkala atlet melakukan perilaku positif maupun negatif. Penguatan atau umpan balik bisa bersifat umum apabila merujuk pada gerakan umum. Umpan balik sering digunakan pelatih untuk mendorong atlet untuk terus berlatih. Kata-kata yang terucap seperti “bagus”, “waww”, “hebat:, “mantap”, “mengagumkan”, adalah beberapa contoh dari umpan balik secara umum. Kaya-kata tersebut tidak memberi informasi spesifik untuk meningkatkan keterampilannya, tetapi dapat memilihara dan meningkatkan lingkungan latihan yang positif bagi atlet.
Selanjutnya penguatan atau umpan balik yang bersifat spesifik apabila berisikan informasi spesifik yang menyebabkan atlet mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan mengetahui bagaimana seharusnya mereka berlatih. Umpan balik ini diberikan manakala atlet menyadari bahwa dirinya melakukan kesalahan, tetapi tidak tahu bagaimana cara memperbaikinya . misalnya atlet tidak tahu bahwa bola yang dipukulnya sering tidak mengenai sasaran, tetapi atlet tidak tahu cara memprbaikinya supaya bola kena sasaran. Umpan balik spesifik misalnya “sekarang lihatlah apakah anda sudah membengkokkan lutut dan pergelangan kaki, yakini bahwa bahu kiri anda menghadap ke sasaran, bagus anda menekuk lutut dan pergelangan kaki dengan baik.”
3.      Ciptakan Situasi yang Menyenangkan 
Segala kegiatan yang dilakukan oleh atlet harus didasari oleh kesenangan. Atlet harus senang melakukan aktifitas rutin yang menjadi tanggung jawabnya. Aktifitas yang dilakukannya tidak didorong oleh paksaan orang lain. 
Srategi lain untuk meningkatkan motivasi, diantaranya sebagai berikut:
1.      Motivasi Verbal
Motivasi verbal adalah motivasi dengan kata-kata atau ucapan, bicara, atau berdiskusi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan motivasi verbal: (1) memberi pujian; (2) memberi koreksi dan sugesti; (3) menjelaskan peranan dalam tim agar anak didik/atlet lebih bangga dan bertanggung jawab, dan (4) memberi petunjuk. Misalnya pada saaat mengajarkan permainan voli, ada anak yang putus asa karena tidak bisa melakukan servis.  Guru penjas memberikan motivasi denagn berkata: “ayo semangat, kamu pasti bisa”, atau contoh lainnya pada saat sesi latihan pelatih mengatakan: “Bagus, good job, nice”, kepada atletnya karena sudah berhasil menembak dan menghasilkan poin.
2.      Motivasi Behavioral
Keberhasilan atlet dalam latihan maupun dalam pertandingan menuntut sikap tertentu, seperti jujur, sportif, tekun, kreatif, dinamis, dan dedikasi yang tinggi terhadap tugas-tugas dan latihan. Agar dapat di wujudkan menjadi tingkah laku atlet, maka pelath harus memperagakan sikap-sikap tersebut dalam tingkah laku sehari-hari.
Teknik ini menekankan relasi antara pelatih dan atlet. Peltih hendaknya berlaku sebagai bapak terhadap anak-anaknya, pada saat-saat tertentu berlaku sebagai pemimpin tehadap anggota dan sebagai guru terhadap muridnya.
3.      Motivasi Intensif (Bonus) dan Ganjaran
Teknik imotivasi ini dengan cara memberiokan bonus, yang bertujuan menambah semnagat belajar/berlatih untuk berprestasi. Misalnya pelatih berjanji kepada atletnya apabila menang dalam pertandingan akan diberikan bonus berupa uang. Akan tetapi,  motivasi hendaknya diberikan dalam situasi yang tepat jang an berlebihan karena akan menjadi kurang baik dan berdampak ngatif sehingga atlet bersikap kurang wajar
4.      Motivasi Visualisas
Teknik motivasi ini bertujuan untuk mempercepat proses belajar/latihan dengan membangkitkan semangat anak didik/atlet. Caranya dengan menyuruh atlet untuk melihat , memperhatikan dan membayangkan seksama suatu pola gerakan kemudian mengingat-ingat gerakan tersebut. Contohnya, seorang anak yang membayangkan teknik lay up, dalm olahraga basket yang baru saja dijelaskan oleh pelatihnya, anak tersebut membayangkan dengan slow motion.                                           
5.      Supertisi
Supertisi adalah kepercayaan akan sesuatu yang secara logis atau ilmiah kurang diterima, namun di anggap membawa keberuntungan dalam bertanding atau kopentisi. Contoh bagi pemain bola, sepatu bola yang harus dipakai mulai kaki kanan, masuk pertandingan harus melangkah kaki kanan.


                                                                 


BAB III

PENUTUP


A.      Kesimpulan
·         Motivasi adalah sebuah dorongan atau alasan yang mendasari semangat dalam melakukan sesuatu, menurut Reeve (2000); Apruebo(2005:53) motivasi berprestasi merupakan keinginan untuk menyelesaikan dan menguasai sesuatu orang, ide, atau standar baru.
·         Ada 4 teori motivasi, yakni Teori Hedonisme, Teori Naluri, Teori Kebudayaan, dan Teori Kebutuhan.
·         Motivasi mempunyai 2 fungsi yaitu fungsi intrinsik dan ekstrinsik.
·         Umpan balik memberikan reaksi dari apa yang telah dilakukan oleh atlet yang kemudian dijadikan  acuan untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik. Dengan adanya umpan balik dalam proses latihan atlit menjadi lebih semangat dan bergairah untuk berlatih karna atlet dapat mengetahui hasil dari latihannya sehingga dapat meningkatkan menjadi lebih baik lagi.
·         Menurut Herzberg mengembangkan teori hierarki kebutuhan Maslow menjadi dua faktor yang memopengaruhi motivasi yaitu faktor pemuas (motivation factor) faktor pemelihara (maintenance factor)
·         Strategi yang dapat digunakan pelatih untuk meningkatkan motivasi atlet. Brewer (2009:8) sebagai berikut tetapkan tujuan, berikan penguatan atau umpan balik dan ciptakan suasana yang menyenangkan.

B.       Saran
Dari uraian kesimpulan diatas, maka kami penulis memberikan saran semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi setiap pembaca dalam proses pembelajaran ataupun penambahan wawasan dalam ilmu pengetahuan. Umumnya dibidang psikologi olahraga dan khususnya dalam materi motivasi dalam olahraga.

DAFTAR PUSTAKA


Budywib. 2013. “Motivasi Dalam Olahraga” http://mzmbud.blogspot.com/2013/09/motivasi-dalam-olahraga.html, diakses pada 22 September 2018.
Gunturutomo. 2009. “Menggugah Motivasi Atlet” https://psikologiolahraga.wordpress.com/2009/01/08/menggugah-motivasi-atlet/, diakses pada 22 Sepdember 2018.
Mylsidayu, Apta. 2014. “Psikologi Olahraga”. Jakarta. Pt. Bumi Aksara.
Rahayu. 2017. ”Pengertian Motivasi Berprestasi Serta Ciri dan Faktornya”, http://seputarpengertian.blogspot.com/2017/03/pengertian-motivasi-berprestasi-serta-ciri-faktornya.html, diakses pada 22 September 2018.





BIODATA  PENULIS

Ikram Abi Rafdi (Ikram) asal dari Maros. Lahir pada tanggal 5 Mei 1998. Nim: 1631041025, Wa: 089516069013, Email: Ikramabi05@gmail.com.
Riwayat pendidikan SDN 49 Inpres Sanggalea pada tahun 2004 dan tamat tahun 2010. Kemudian melanjutkan pendidikan pada SMPN 2 Maros pada tahun 2010 dan tamat 2013. Setelah tamat dari Sekolah Menengah Pertama, penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Maros dan menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 2016. Sekarang penulis sedang berkuliah di  Universitas Negeri Makassar jurusan Penjaskesrek dan sedang berjalan 5 semester.

Syaiful Alamsyah (Ipul) asal dari Maros. Lahir pada tanggal 14 Juni 1998. Nim: 1631041028, Wa: 082348637868, Email: Syaifulalamsyah1406@gmail.com.
Riwayat pendidikan SDN 124 Inpres Allaere pada tahun 2004 dan tamat tahun 2010. Kemudian melanjutkan pendidikan pada SMP PGRI 5 Maros pada tahun 2010 dan tamat 2013. Setelah tamat dari Sekolah Menengah Pertama, penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 5 Tanralili dan menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 2016. Sekarang penulis sedang berkuliah di  Universitas Negeri Makassar jurusan Penjaskesrek dan sedang berjalan 5 semester
       
Nuraeni (Neni) asal dari Makassar. Lahir pada tanggal 2 Juli 1997. Nim: 1631041026, Wa: 082363220188, Email: Nuraenihazairin8@gmail.com.
Riwayat pendidikan SD Inpres Maccini Sombala 1 pada tahun 2004 dan tamat tahun 2010. Kemudian melanjutkan pendidikan pada SMP Negeri 18 Makassar pada tahun 2010 dan tamat 2013. Setelah tamat dari Sekolah Menengah Pertama, penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 11 Makassar dan menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 2016. Sekarang penulis sedang berkuliah di  Universitas Negeri Makassar jurusan Penjaskesrek dan sedang berjalan 5 semester.
Haerul Hidayat (Haerul) asal dari Bulukumba. Lahir pada tanggal 7 Agustus 1999. Nim: 1631041024, Wa: 085240282560.
Riwayat pendidikan SDN 148 Bonto Bulaeng pada tahun 2004 dan tamat tahun 2010. Kemudian melanjutkan pendidikan pada SMP Negeri 30 Bulukumba pada tahun 2010 dan tamat 2013. Setelah tamat dari Sekolah Menengah Pertama, penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 4 Bulukumba dan menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 2016. Sekarang penulis sedang berkuliah di  Universitas Negeri Makassar jurusan Penjaskesrek dan sedang berjalan 5 semester.



Muh. Rizal Simal (Rizal) asal dari Buton. Lahir pada tanggal 7 Januari 1997. Nim: 1531041093, Wa: 085399869676, Email: simalrizhalk@gmail.com.
Riwayat pendidikan SDN 1 Biwinapada pada tahun 2003 dan tamat tahun 2009. Kemudian melanjutkan pendidikan pada SMP Negeri 2 Siompu pada tahun 2009 dan tamat 2012. Setelah tamat dari Sekolah Menengah Pertama, penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 4 Bau-bau dan menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 2015. Sekarang penulis sedang berkuliah di  Universitas Negeri Makassar jurusan Penjaskesrek dan sedang berjalan 7 semester.



BERITA ACARA

Moderator: Ikram Abi Rafdi
Notulen: Haerul Hidayat
Pemateri: Nuraeni

Pada hari Rabu Tanggal 7 November 2018 Pukul 09.10 s.d 10.30 WITA bertempat di Ruangan Kelas Fakultas Ilmu Keolahragaan UNM telah dilaksanakan Diskusi Kelompok 1 Pada Mata Kuliah Psikologi Olahraga yang betemakan “Motivasi Dalam Olahraga” dengan hasil sebagai berikut:
NO.
Kegiatan
Nama Audience
Pertanyaan
1
Diskusi
Sesi 1
Hendra Pjkr E
Jelaskan yang dimaksud penguatan dengan umpan balik!
2
Asrul Sani Pjkr D
Motivasi apa yang harus diberikan untuk seorang individu yang mempunyai bakat, tapi sulit untuk dikeluarkan?
3
Azhari Pjkr D
Motivasi apa yang harus diberikan kepada atlet sehingga tertanam mental juara didalam dirinya ketika latihan?
4
Diskusi
Sesi 2
Dion Pjkr D
Bagaimana cara membangun mental atlet yang sudah patah semangat?
5
Harianto Pjkr E
Contoh motivasi ekstrinsik dan instrinsik
6
Masna Pjkr D
Jelaskan strategi yang bisa dilakukan untuk meningkatkan olahraga prestasi.

Adapun Peserta Yang aktif dalam berdiskusi:
1.      Syaiful Alamsyah PJKR D (Penjawab Pertanyaan)
2.      Udar PJKR E (Penjawab Pertanyaan)
3.      Anis Nazal PJKR E (Penjawab Pertanyaan)
4.      Dhirman PJKR E (Sanggahan)
5.      Rizal Simal (Penjawab Pertanyaan)






Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA

SOFTBALL

KELOMPOK 6 PENATAAN DAN PENYIMPANAN SARANA DAN PRASARANA